Pengenalan Sistem IoT (Internet of Things)

Internet of Things (IoT) adalah konsep menghubungkan berbagai perangkat fisik ke internet agar bisa saling berkomunikasi dan bertukar data. Arsitektur IoT umumnya terdiri dari beberapa lapisan utama: lapisan sensing (penginderaan), lapisan jaringan, lapisan pemrosesan data, dan lapisan aplikasi. Pada lapisan penginderaan terdapat sensor dan aktuator yang mengukur parameter fisik lingkungan (misalnya suhu, kelembapan, cahaya, tekanan). Data dari sensor kemudian dikirim melalui lapisan jaringan ke platform cloud atau server untuk diproses. Lapisan aplikasi di atasnya menampilkan data kepada pengguna dan mengendalikan perangkat. Guna menghubungkan sensor dan aktuator tersebut ke internet, sering kali dibutuhkan perangkat mikrokontroler (seperti ESP32, Arduino, Raspberry Pi) yang berfungsi membaca data sensor dan mengendalikan aktuator. Dalam gambar berikut, diperlihatkan komponen utama sistem IoT: sensor, mikrokontroler, dan aktuator bekerja dalam suatu siklus sense–process–act.

Komponen utama IoT: Sensor mengukur kondisi fisik, Mikrokontroler memproses data, dan Aktuator melakukan aksi. Setiap perangkat ujung IoT biasanya terhubung melalui protokol khusus ke jaringan dan server.

Arsitektur dan Komponen Utama IoT

  • Perangkat Ujung (Edge Devices): Meliputi sensor untuk mengumpulkan data fisik (misalnya sensor suhu, tekanan, ultrasonik, gas) dan aktuator yang melakukan aksi fisik (relay, motor, pompa, LED). Perangkat ujung ini biasanya memiliki mikrokontroler atau komputer kecil (seperti ESP32, Arduino, Raspberry Pi) sebagai otak-nya. Mikrokontroler bertugas membaca input sensor, memproses logika, dan mengirim instruksi ke aktuator. Misalnya, sensor suhu membaca suhu air boiler, mikrokontroler mengolah data itu, lalu mengirim sinyal ke pompa agar menyala/mati.
  • Gateway IoT: Gateway adalah jembatan antara perangkat ujung dengan internet atau cloud. Contohnya, Raspberry Pi atau PLC dapat bertindak sebagai gateway yang mengumpulkan data dari beberapa sensor dan meneruskannya ke server. Gateway ini memungkinkan perangkat dengan protokol berbeda (misalnya Wi-Fi, BLE, Zigbee, Modbus) untuk berkomunikasi satu sama lain dan ke jaringan yang lebih luas. Intinya, gateway memfasilitasi komunikasi perangkat, penanganan data lokal, dan pengiriman ke cloud.
  • Protokol Komunikasi: Komunikasi IoT menggunakan protokol khusus agar efisien dan ringan. Protokol populer mencakup MQTT (ringan, berorientasi pesan/pub-sub untuk IoT), HTTP/HTTPS (standar web), CoAP (serupa HTTP tapi lewat UDP untuk perangkat terbatas), serta Modbus TCP/RTU (banyak dipakai di sistem industri/PLC). Setiap protokol memiliki keunggulan: misalnya MQTT lebih unggul dalam pengiriman data dua-arah secara efisien, sementara HTTP mudah diakses di web. CoAP bekerja di lapisan UDP sehingga hemat sumber daya dan bisa multicast. Pemilihan protokol tergantung kebutuhan aplikasi, kecepatan, dan konsumsi daya.
  • Platform/Server/Cloud: Data dari perangkat biasanya dikumpulkan ke server atau platform cloud untuk disimpan dan diproses. Contoh platform yang umum dipakai adalah Node-RED (tool visual untuk merancang alur data IoT), InfluxDB (database time-series untuk menyimpan data sensor), AWS IoT, ThingsBoard, Blynk, Firebase, dan lain-lain. Di sini data sensor disimpan (logging) dan divisualisasikan. Sebagai contoh, Node-RED atau ThingsBoard menyediakan dashboard interaktif untuk menampilkan grafik waktu-nyata, sedangkan AWS atau Firebase bisa digunakan sebagai cloud dengan kapabilitas analitik dan notifikasi. Platform ini membantu membangun aplikasi IoT tanpa harus membuat semuanya dari nol.

Teknologi Jaringan IoT

Perangkat IoT dapat tersambung ke jaringan lewat berbagai teknologi wireless maupun wired. Pemilihan jaringan sangat tergantung pada jangkauan yang dibutuhkan, konsumsi daya, dan kecepatan data.

Ads Jadwal Training bisaioti Offline
NoMateriTanggalWaktuHargaLokasiViewAction
1IOT PLC SCADA Siemens7-8 Juni 202508.00 - 16.002000000SurabayaSilabusDaftar Sekarang
2IOT PLC SCADA Omron14 - 15 Juni 202508.00 - 16.002000000SurabayaSilabusDaftar Sekarang
3IOT PLC SCADA Schneider21-22 Juni 202508.00 -16.002000000SurabayaSilabusDaftar Sekarang
4IOT PLC SCADA Allen Bradley28-29 Juni 202508.00-16.002000000SurabayaSilabusDaftar Sekarang
  • Wi-Fi dan Ethernet: Wi-Fi umum digunakan di rumah, kantor, atau pabrik karena bandwidthnya cukup tinggi dan latensinya rendah. Ethernet (kabel LAN) juga digunakan untuk koneksi tetap, terutama pada gateway atau perangkat statis yang memerlukan koneksi stabil. Namun, keduanya membutuhkan infrastruktur lokal (router/switch) dan relatif boros daya dibanding teknologi low-power. Menurut Argenox, Wi-Fi dan Bluetooth dirancang untuk penggunaan jarak pendek dengan konsumsi daya rendah serta cocok untuk jaringan lokal dengan banyak perangkat.
  • LPWAN (LoRa, NB-IoT, Sigfox, 4G LTE): Untuk jarak jauh dan lokasi terpencil, LPWAN (Long-Range Wide Area Network) seperti LoRa, NB-IoT, Sigfox, atau LTE/4G dapat dipilih. LoRa dan Sigfox menggunakan pita frekuensi sub-GHz tanpa lisensi, mendukung jangkauan kilometer dengan daya rendah. NB-IoT (bagian dari 4G/5G) menggunakan jaringan seluler dengan cakupan luas dan konsumsi daya rendah. Kelebihan LPWAN adalah dapat menghubungkan perangkat secara langsung ke gateway/pangkalan jarak jauh (mirip seluler), tanpa memerlukan banyak router lokal. Sebagai contoh, LoRaWAN dapat mencakup area kota besar, sementara NB-IoT cocok untuk sensor nirkabel yang dikirimkan jarang. Teknologi 4G LTE/5G memberikan bandwidth lebih tinggi dan mobilitas, tetapi umumnya lebih boros energi dan memerlukan dukungan operator seluler.
  • BLE dan ESP-NOW: Untuk jarak sangat pendek (beberapa meter) dengan daya sangat rendah, digunakan Bluetooth Low Energy (BLE) atau protokol khusus seperti ESP-NOW (khusus modul ESP32/ESP8266). BLE ideal untuk perangkat yang berkomunikasi dengan smartphone atau wearable dalam jarak dekat. ESP-NOW adalah protokol peer-to-peer dari Espressif yang memungkinkan transmisi data singkat antarESP tanpa router. Kelebihan ESP-NOW antara lain respon cepat, daya ultra-rendah, dan tidak perlu login ke Wi-Fi. Hal ini cocok untuk pengaturan lampu pintar atau sensor nirkabel sederhana di ruang tertutup.

Dengan berbagai opsi ini, perancang IoT bisa memilih jaringan sesuai kasus penggunaan: misalnya LoRa untuk sensor lahan luas, NB-IoT untuk meter pintar, Wi-Fi/Ethernet untuk pabrik indoor, dan BLE/ESP-NOW untuk koneksi antar perangkat dalam ruangan.

Keamanan IoT

Keamanan sistem IoT sangat penting karena banyaknya perangkat dan data sensitif yang terhubung. Beberapa langkah dasar keamanan meliputi:

  • Autentikasi dan Enkripsi: Pastikan hanya pengguna dan perangkat sah yang dapat mengakses sistem. Gunakan autentikasi yang kuat (kata sandi unik, token, atau sertifikat) dan aktifkan enkripsi komunikasi (misalnya TLS pada MQTT atau HTTPS) agar data tidak mudah disadap. Banyak perangkat IoT memiliki kelemahan default (misalnya password bawaan) sehingga rentan serangan. Dengan autentikasi kuat dan enkripsi end-to-end, risiko sniffing (pengupingan data) dan penyusupan dapat diminimalkan.
  • Firewall dan Segmentasi Jaringan: Tempatkan perangkat IoT di jaringan tersendiri yang terpisah dari jaringan utama (bila memungkinkan), dan gunakan firewall untuk mengontrol akses. Menurut Fortinet, IoT sering bergabung dalam jaringan yang sama dengan perangkat lain, sehingga jika satu perangkat terinfeksi, serangan bisa menyebar tanpa kendali. Dengan segmentasi (misalnya VLAN atau subnet terpisah), kita dapat mencegah penyebaran ancaman dan mengamankan data IoT dari akses tidak sah.
  • Proteksi Terhadap Ancaman Umum: IoT rentan terhadap beberapa serangan dikenal, di antaranya:
    • Sniffing: Data yang tidak terenkripsi dapat disadap di jaringan. Selalu enkripsi data penting.
    • Injection: Perangkat atau server IoT kadang tidak divalidasi input-nya dengan baik. Penyerang dapat menyisipkan kode berbahaya atau data palsu ke sistem. Misalnya, firmware tidak aman dapat di-inject dengan malware.
    • DoS/DDoS: Serangan Denial-of-Service dapat membanjiri perangkat atau server IoT dengan lalu lintas, sehingga layanan terganggu. Botnet Mirai terkenal menyerang kamera IP dan perangkat IoT lain untuk menciptakan serangan DDoS massif. Oleh karena itu, sistem harus mampu mendeteksi lonjakan trafik abnormal dan membatasi jumlah koneksi.
    • Spoofing: Penyerang dapat berpura-pura menjadi perangkat IoT lain (mis. mengganti ID atau alamat MAC) untuk mengelabui sistem. Misalnya, device spoofing memungkinkan akses tak sah dengan menyamar sebagai sensor atau aktuator yang sah. Penggunaan sertifikat digital atau autentikasi mutual dapat membantu mencegah spoofing.

Secara keseluruhan, keamanan IoT memerlukan pendekatan berlapis: perangkat keras dan firmware yang aman, jaringan yang terproteksi, serta praktik konfigurasi dan pemantauan yang baik. Tanpa ini, sistem IoT mudah disusupi meski perangkatnya sederhana.

Manajemen Data dan Visualisasi

Sistem IoT menghasilkan banyak data sensornya yang perlu dicatat, dianalisis, dan divisualisasikan. Manajemen data melibatkan beberapa aspek:

  • Penyimpanan dan Logging: Data sensor biasanya disimpan dalam basis data untuk catatan historis. InfluxDB atau database time-series lainnya populer karena dioptimalkan untuk data kontinu. Alternatifnya, dapat juga menggunakan layanan cloud seperti AWS IoT atau Firebase Realtime Database untuk menyimpan data. Data yang tersimpan memungkinkan analisis jangka panjang dan audit performa sistem.
  • Visualisasi (Dashboard): Dashboard interaktif membantu memantau data real-time. Contohnya, platform ThingsBoard, Grafana, atau Node-RED menyediakan antarmuka grafis dengan grafik dan peta yang menampilkan informasi sensor secara langsung. Pengguna dapat melihat tren data atau anomali dengan cepat. Misalnya, ThingsBoard menyimpan telemetry masuk ke dalam database dan memungkinkan pembuatan dashboard pemantauan waktu-nyata maupun historis. Gambar di bawah ini menunjukkan contoh dashboard pemantauan IoT yang menampilkan suhu dan lokasi stasiun cuaca secara real-time pada peta serta data sensor terkait (kelembapan, tekanan, dll):

Contoh dashboard IoT (pada platform ThingsBoard). Data sensor ditampilkan dalam grafik dan peta interaktif agar pengguna dapat memantau kondisi sistem secara real-time.

  • Pengambilan Keputusan dan Otomasi: Data yang dikumpulkan dapat digunakan untuk aksi otomatis. Misalnya, apabila suhu melewati batas tertentu, sistem dapat mengirim notifikasi atau langsung menyalakan pendingin secara otomatis. Banyak platform IoT mendukung pembuatan threshold alert atau logika otomatis. Sebagai contoh, pada Node-RED atau ThingsBoard pengguna dapat menambahkan rule seperti “jika level air < 20%, kirim peringatan via email dan nyalakan pompa” sehingga sistem berjalan mandiri tanpa pengawasan terus-menerus.

Dengan pengelolaan data yang baik, sistem IoT tidak hanya sekadar mengumpulkan informasi, tetapi juga menjadi alat untuk analisis mendalam dan kontrol yang cerdas.

IoT dalam Otomasi Industri

otomasi berbasis IoT di industri memungkinkan perusahaan mengawasi dan mengendalikan mesin maupun proses produksi dari jarak jauh. Dengan adanya sensor pada mesin-mesin produksi dan koneksi internet, operator bisa memantau data operasional secara real-time melalui komputer atau smartphone. Misalnya, seorang teknisi dapat melihat grafik tekanan pipa atau getaran motor di ponsel saat sedang berada di lokasi berbeda. Hal ini meningkatkan fleksibilitas dan respon cepat terhadap masalah. Otomasi berbasis IoT juga memudahkan integrasi dengan sistem kendali seperti PLC dan SCADA, sehingga seluruh pabrik menjadi lebih terhubung dan otomatis.

Di era Industri 4.0, penerapan otomasi berbasis IoT telah menjadi kunci transformasi digital pabrik. Dengan IoT, sejumlah perangkat (atau smart devices) bisa berkomunikasi satu sama lain melalui internet, membentuk ekosistem terhubung yang otomatis. Misalnya, mesin perkakas di lini produksi dapat saling bertukar data status kerja tanpa intervensi manusia.

Manfaat IoT di Industri

Implementasi IoT dalam industri membawa banyak manfaat praktis. Beberapa manfaat utama antara lain:

  • Peningkatan efisiensi operasional: IoT mengumpulkan data produksi secara real-time sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan prosesnya. Sensor bisa memonitor konsumsi energi mesin dan secara otomatis menyesuaikan penggunaan daya, sehingga biaya operasional turun.
  • Pemantauan dan pengendalian jarak jauh: Dengan IoT, setiap alat produksi terhubung ke jaringan, memungkinkan pemantauan dari mana saja. Operator bisa mengawasi performa mesin lewat dashboard online dan mengambil tindakan cepat jika terjadi gangguan.
  • Pemeliharaan prediktif (predictive maintenance): IoT dapat mendeteksi tanda-tanda kerusakan sebelum mesin benar-benar rusak. Misalnya, sensor getaran yang terpasang pada motor dapat mengirim peringatan saat getaran tidak normal – teknisi pun bisa segera memperbaiki sebelum terjadi downtime. Dengan begitu, waktu henti produksi dapat dikurangi drastis.
  • Peningkatan kualitas dan konsistensi produk: IoT memungkinkan kontrol kualitas yang lebih baik. Sensor pada setiap tahap lini produksi dapat memeriksa kesesuaian parameter (seperti dimensi, suhu pengolahan, atau kelembaban). Data tersebut membantu mengurangi produk cacat karena masalah terdeteksi lebih awal.
  • Penghematan sumber daya dan keberlanjutan: Data IoT membantu mengidentifikasi pemborosan bahan baku atau energi. Perusahaan bisa mengurangi limbah dan emisi, sekaligus meningkatkan sustainability. Misalnya, data aliran energi dapat dipakai untuk mengatur ulang jadwal produksi agar penggunaan listrik lebih hemat.

Pengujian Sistem IoT

Untuk memastikan sistem IoT berjalan andal, perlu dilakukan serangkaian pengujian pada tiap komponennya:

  1. Uji Sensor dan Akuisisi Data: Lakukan kalibrasi awal setiap sensor agar hasil bacaan akurat. Bandingkan hasil sensor dengan alat ukur referensi (misalnya termometer standar untuk sensor suhu) untuk menguji akurasi. Tes juga frekuensi sampling: pastikan sensor diperiksa pada interval yang cukup sering untuk menangkap perubahan data, tapi tidak terlalu sering agar tidak membebani sistem. Amati pula gangguan (noise) pada sinyal sensor; gunakan filter atau metode averaging jika data terlihat fluktuatif. Sederhananya, periksa apakah output sensor stabil dan konsisten ketika kondisi lingkungan tak berubah, dan dapat diandalkan dalam rentang ukur yang diperlukan.
  2. Uji Komunikasi Data: Periksa kinerja jaringan. Ukur delay (latensi) transmisi data, misalnya dengan menghitung waktu yang dibutuhkan pesan MQTT dari kirim hingga diterima. Cek data loss dengan melihat berapa banyak paket yang tidak sampai ke server (packet drop). Pastikan bandwith dan efisiensi komunikasi sesuai kebutuhan: misalnya data suhu kecil, tapi jika ada sensor kamera, perlu bandwidth besar. Jika jaringan seluler/LTE digunakan, pengujian ini juga melihat kekuatan sinyal di lokasi perangkat. Pengujian ini dapat menggunakan tools ping, Wireshark, atau fitur statistik pada broker MQTT.
  3. Uji Protokol dan Gateway: Bandingkan penggunaan protokol berbeda. Misalnya, coba kirim data via MQTT dan via HTTP, lalu ukur perbedaan waktu dan overhead. MQTT umumnya lebih cepat dan ringan untuk data sensor periodik, sementara HTTP mudah diatur tapi memiliki overhead koneksi setiap kali. Pastikan perangkat dan gateway kompatibel dengan protokol yang dipilih. Periksa juga reliabilitas koneksi: tes apakah perangkat mampu terkoneksi kembali setelah gangguan (mis. mode reconnect), dan seberapa sering koneksi terputus. Jika ada gateway (seperti Raspberry Pi), uji apakah ia dapat menerima data dari berbagai sensor sekaligus tanpa gagal.
  4. Uji Visualisasi dan Dashboard: Amati pembaruan data di dashboard: data harus tampil real-time atau mendekati real-time setelah dikirim. Tes histori: cek apakah data lama tersimpan dan dapat diakses sebagai grafik waktu (tren data harian/mingguan). Tinjau antarmuka pengguna (UI) untuk memastikan grafik jelas dan mudah dimengerti. Pastikan dashboard tetap responsif saat menampilkan banyak data. Jika ada interaksi (mis. tombol untuk menyalakan alat), uji bahwa tombol tersebut mengirim perintah dengan benar.
  5. Uji Pengendalian Aktuator Jarak Jauh: Coba kirim perintah dari antarmuka atau dashboard ke perangkat untuk mengendalikan aktuator (misalnya, nyalakan/matikan relay, atur PWM motor). Catat delay waktu dari klik tombol di dashboard hingga aksi terjadi pada perangkat. Keakuratan perintah diuji dengan melihat apakah aktuator beraksi sesuai instruksi (misalnya, menyalakan relay 5 detik lalu mati). Juga periksa fitur keamanan: pastikan perintah hanya dapat dikirim oleh pengguna terautentikasi (login) dan lewat kanal terenkripsi, sehingga orang tak berwenang tidak bisa mengambil alih aktuator.
  6. Uji Keamanan Sistem: Lakukan pengujian otentikasi pengguna (misalnya coba login dengan password salah). Periksa bahwa komunikasi sensitif terenkripsi (contoh: periksa bahwa MQTT menggunakan TLS). Simulasikan gangguan seperti memutus koneksi jaringan: sistem harus tetap aman dan bisa pulih ketika jaringan kembali. Cek juga mekanisme pembatasan akses—misalnya coba sniff paket data untuk melihat apakah datanya terenkripsi atau terbaca. Prinsipnya, uji apakah lapisan keamanan (login, enkripsi, firewall) bekerja sesuai harapan.
  7. Uji Efisiensi Energi: Khusus untuk perangkat baterai seperti ESP32, uji mode hemat daya. Misalnya, aktifkan deep sleep dan ukur konsumsi arus dengan multimeter. Uji interval pengiriman data: atur perangkat mengirim data tiap 1 menit, 5 menit, 10 menit, dll., lalu amati perbedaan konsumsi baterai. Tujuannya, optimalkan interval agar baterai bisa bertahan lama. Selain itu, uji berapa lama perangkat bisa bertahan dalam deep sleep jika tidak ada data yang perlu dikirim.

Setiap pengujian ini membantu memastikan sistem IoT andal dan siap diterapkan. Dengan pengujian menyeluruh, masalah dapat diidentifikasi sejak dini dan keandalan sistem meningkat.

Contoh Skenario Pengujian IoT

Berikut beberapa contoh penerapan IoT untuk ilustrasi praktik yang dapat dicoba:

  • Monitoring Suhu & Tekanan Boiler: Pasang sensor suhu dan tekanan pada boiler, hubungkan ke mikrokontroler ESP32. Kirim data via MQTT ke server lokal. Buat dashboard di Node-RED yang menampilkan grafik suhu dan tekanan secara real-time. Tes sistem dengan menaikkan suhu boiler (misalnya uji api) dan pastikan dashboard menunjukkan kenaikan data.
  • Kontrol Pompa via Web: Gunakan ESP32 dengan modul relay untuk pompa air. Buat aplikasi web atau mobile sederhana (misalnya menggunakan Firebase atau ThingsBoard) yang memiliki tombol ON/OFF. Saat tombol ditekan, perintah dikirim ke ESP32 melalui internet untuk mengaktifkan/menonaktifkan relay. Uji dengan menekan tombol dari jarak jauh dan lihat pompa merespons.
  • Remote Level Indicator dengan LoRa: Buat sensor ultrasonik untuk mengukur level air dalam tangki. Hubungkan sensor ke modul LoRa (misal LoRaWAN). Pasang gateway LoRa di lokasi lain (bisa Raspberry Pi sebagai gateway). Sensor mengirim data level tanki lewat LoRa ke gateway, lalu diteruskan ke server. Lakukan uji jarak jauh: letakkan sensor dan gateway berjarak beberapa ratus meter (atau lebih) dan pastikan data masih terkirim stabil.
  • Integrasi IoT dengan PLC (Modbus TCP): Hubungkan ESP32 ke PLC di pabrik menggunakan protokol Modbus TCP. Misalnya, ESP32 membaca sensor lingkungan dan mengirim data langsung ke PLC. Uji kehandalan komunikasi: pantau apakah nilai sensor muncul di sistem PLC tanpa hilang, dan apakah PLC dapat memerintahkan ESP32 (jika dua-arah) sesuai kebutuhan.
  • Sistem Alarm IoT: Gunakan ESP32 untuk mendeteksi intrusi (misal sensor pintu atau gerak). Saat kondisi bahaya terdeteksi, ESP32 mengirim notifikasi ke pengguna. Implementasi notifikasi bisa melalui email atau bot Telegram. Uji sistem dengan memicu sensor (misalnya buka pintu), lalu cek apakah pengguna menerima alert melalui email/Telegram dalam hitungan detik.

Setiap skenario di atas menggabungkan berbagai komponen IoT (sensor, mikrokontroler, protokol, platform). Pembaca dapat memulai eksperimen sederhana berdasarkan ide-ide ini, misalnya dengan skenario pertama: beli sensor suhu, pasang di NodeMCU/ESP32, koneksikan ke Node-RED, lalu amati data pada dashboard. Dari situ, sistem dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai kebutuhan aplikasi nyata.

Sumber: Informasi dan konsep di atas diambil dari berbagai sumber dan literatur IoT terkini. Artikel ini dirancang untuk membantu pemula memahami komponen, teknologi, dan praktik dasar dalam membangun serta menguji sistem IoT.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

MINI WORKSHOP GRATIS
Integrasi PLC Mitsubishi FX3U ke platform Cloud IoT hanya dengan alat sederhana dan budget minim.
1 Juni 2025
📍 Online via Zoom
⏳ Daftar sekarang – kuota terbatas!
Daftar Sebelum Penuh!