DNS dan DHCP: Panduan Komprehensif bagi Teknisi Jaringan

DNS (Domain Name System) dan DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) adalah dua layanan jaringan esensial dalam infrastruktur TCP/IP. DNS berfungsi sebagai “buku telepon” internet yang menerjemahkan nama domain menjadi alamat IP sehingga perangkat dapat saling berkomunikasi. Misalnya, ketika kita membuka www.example.com, DNS mencari alamat IP numerik yang sesuai agar browser dapat terhubung ke server tujuan. Sementara itu, DHCP mengotomasi penyediaan konfigurasi jaringan (alamat IP, subnet mask, gateway, DNS, dll.) ke setiap perangkat yang baru terhubung ke jaringan. Tanpa DHCP, teknisi harus mensetting IP secara manual untuk tiap perangkat, yang akan sangat memakan waktu terutama di jaringan besar.

Secara singkat, DNS fokus pada penerjemahan nama domain, sedangkan DHCP fokus pada pengelolaan alamat IP. Keduanya saling melengkapi: DHCP memberikan alamat IP kepada perangkat, sedangkan DNS membantu perangkat tersebut menemukan nama host lain di jaringan (dan sebaliknya). Bersama-sama, DNS dan DHCP membentuk tulang punggung jaringan IP, menjaga agar perangkat dapat saling berkomunikasi dengan menggunakan alamat yang mudah dipahami manusia maupun mesin.

Konsep Dasar DNS

DNS adalah sistem hierarkis terdistribusi yang menyimpan “zona” (domain) dan berbagai catatan (record) terkait domain tersebut. Fungsi utamanya adalah menyelesaikan (resolve) nama domain menjadi alamat IP (dan sebaliknya). Ketika pengguna mengetikkan URL di browser, komputer (DNS resolver) akan mengajukan pertanyaan (query) ke server DNS untuk mengetahui alamat IP yang terkait dengan nama domain tersebut. DNS memungkinkan kita mengakses google.com tanpa perlu menghapal angka IP-nya, sehingga lebih user-friendly. Berkat DNS, kita bisa menggunakan nama-nama domain alih-alih nomor IP yang kompleks.

DNS terdiri dari tiga komponen utama: DNS Resolver (klien), Recursive DNS Server, dan Authoritative DNS Server. Resolver (biasanya milik ISP atau perangkat lokal) pertama-tama memeriksa cache atau file hosts. Jika tidak ditemukan, resolver menghubungi server DNS yang lain hingga menemukan jawaban yang tepat. Jika sebuah DNS Server tidak memiliki data, ia akan mengirimkan permintaan ke server lain yang lebih tinggi dalam hierarki – mulai dari root server, kemudian ke server TLD, lalu ke authoritative server untuk domain tersebut. Jawaban alamat IP akhirnya dikembalikan ke resolver dan kemudian ke pengguna, memungkinkan koneksi ke situs web yang dituju.

Konsep Dasar DHCP

DHCP adalah protokol yang secara otomatis mendistribusikan alamat IP dan konfigurasi jaringan lainnya ke perangkat di jaringan. Ketika perangkat (klien DHCP) bergabung ke jaringan, ia mengirim pesan siaran (DHCPDISCOVER) untuk mencari server DHCP. Server DHCP kemudian menawarkan (DHCPOFFER) sebuah alamat IP beserta parameter (subnet mask, gateway, DNS server, dll.) kepada klien. Klien akan menerima salah satu tawaran tersebut dengan mengirimkan DHCPREQUEST, dan server menegaskan pemberian alamat tersebut dengan DHCPACK. Proses ini disebut DORA (Discover, Offer, Request, Acknowledge).

DHCP terdiri dari beberapa komponen penting: server DHCP (menyimpan pool alamat IP dan mengelolanya), klien DHCP (meminta alamat IP), dan opsi Relay Agent (meneruskan permintaan antar-subnet). Server DHCP mengelola pool (kumpulan) alamat yang dapat disewakan, menyimpan data lease, dan mengirim parameter tambahan seperti DNS atau gateway kepada klien. Setelah lease (jangka waktu sewa) berakhir, klien harus memperbarui sewa atau mendapatkan alamat baru. Dengan demikian, DHCP memungkinkan manajemen IP yang terpusat dan otomatis, menghindari konflik dan memudahkan perpindahan perangkat antar-jaringan.

Cara Kerja DNS

Proses pencarian DNS melibatkan beberapa tahap berikut:

  • Query Resolver: Ketika pengguna mengakses nama domain, resolver klien (misalnya milik ISP) menerima permintaan (DNS query). Resolver memeriksa cache lokal terlebih dahulu.
  • Root Name Servers: Jika tidak ada di cache, resolver mengirimkan query ke salah satu root name server. Root server tidak tahu jawaban spesifik, tetapi mengarahkan ke server tingkat atas (TLD).
  • Server TLD (Top-Level Domain): Root mengarahkan resolver ke server TLD (.com, .org, .net, dll.) yang mengelola domain tingkat atas. Misalnya, untuk domain .com, resolver diarahkan ke TLD server .com.
  • Authoritative DNS Server: Server TLD selanjutnya mengarahkan ke authoritative server untuk domain yang diminta. Authoritative server inilah yang menyimpan catatan DNS (seperti A, CNAME, MX) untuk domain tersebut.
  • Resolusi Final: Authoritative server mengembalikan alamat IP (atau record lain) yang diminta. Hasil ini diteruskan balik melalui rantai server ke resolver dan akhirnya ke klien.
  • Caching: Resolver biasanya menyimpan hasil tersebut dalam cache untuk mempercepat permintaan selanjutnya ke nama yang sama.

Seluruh proses di atas berlangsung sangat cepat (dalam milidetik), memungkinkan pengguna mengakses situs web dengan mengetikkan nama domain saja.

Cara Kerja DHCP

DHCP menggunakan urutan DORA untuk menetapkan alamat IP:

  • Discover: Klien DHCP yang terhubung ke jaringan mengirim paket broadcast DHCPDISCOVER mencari server DHCP.
  • Offer: Server DHCP merespons dengan DHCPOFFER yang menawarkan alamat IP dan konfigurasi lain (subnet mask, gateway, DNS server, waktu lease) kepada klien.
  • Request: Klien memilih salah satu tawaran dan mengirim DHCPREQUEST mengkonfirmasi penerimaan alamat tersebut.
  • Acknowledge: Server DHCP terakhir mengirim DHCPACK yang mengkonfirmasi alamat IP telah diberikan kepada klien dengan durasi lease yang ditentukan.

Dalam pesan penawaran (DHCPOFFER) server biasanya menyertakan parameter penting seperti IP yang ditawarkan, subnet mask, gateway default, DNS server, dan durasi lease. Dengan demikian, setelah proses handshake DHCP selesai, klien akan memperoleh alamat IP yang siap dipakai untuk mengakses jaringan.

Interaksi DNS dan DHCP

DNS dan DHCP saling berhubungan dalam pengelolaan jaringan. Ketika DHCP memberikan IP ke perangkat, konfigurasi tersebut biasanya mencakup alamat server DNS (melalui opsi DHCP) sehingga klien tahu kemana harus mengirim query DNS-nya. Sebaliknya, DNS memungkinkan perangkat-perangkat tersebut menemukan alamat IP lain dengan menggunakan nama domain. Dengan kata lain, ketika DHCP menyediakan “alamat”, DNS berperan sebagai “sistem navigasi” yang menerjemahkan nama ke alamat tujuan dalam jaringan.

Misalnya, setelah DHCP memberikan IP dan DNS server kepada komputer, saat pengguna mengetik server1.corporate.local, resolver DNS akan mencari di server DNS internal untuk menemukan IP yang sesuai. Tanpa DHCP, perangkat mungkin tidak mendapatkan konfigurasi DNS yang tepat; tanpa DNS, pengguna harus mengingat IP server. Keduanya bersama-sama memastikan perangkat dapat saling tersambung secara otomatis dan efisien.

Struktur Teknis DNS

Hierarki Domain DNS

DNS disusun secara hierarkis. Root domain (ditandai dengan titik . paling atas) diurus oleh root server global. Root server mengetahui lokasi server untuk setiap Top-Level Domain (TLD) seperti .com, .org, .net, .id, dll. Misalnya, jika kita mencari contoh.com, root server akan menunjuk resolver ke server TLD .com.

Server TLD kemudian mengarahkan resolver ke Authoritative DNS Server untuk domain contoh.com, yaitu server yang menyimpan catatan (zone records) lengkap untuk domain tersebut. Authoritative server itulah yang memberi jawaban final (misalnya alamat IP 192.168.1.10) kepada resolver. Dengan model hierarki ini – Root ▶ TLD ▶ Authoritative – DNS mampu menangani skala besar Internet sekaligus menjaga redundansi dan kecepatan pencarian nama.

Jenis Record DNS

Setiap zona DNS berisi beragam jenis record (resource records) yang memberikan informasi jaringan. Beberapa tipe record yang paling umum adalah:

  • A (Address) Record: Menghubungkan nama host dengan alamat IPv4. Contohnya, record A untuk example.com mungkin menunjuk ke 192.0.2.10.
  • AAAA Record: Serupa A, tetapi memetakan nama host ke alamat IPv6 (128-bit).
  • CNAME (Canonical Name) Record: Membuat alias satu nama domain ke nama domain lain. Misalnya, example.com dapat di-alias-kan ke server.example.com.
  • MX (Mail Exchanger) Record: Menentukan server email (SMTP) yang bertanggung jawab menerima email untuk domain tersebut.
  • PTR (Pointer) Record: Digunakan untuk reverse DNS. PTR memetakan alamat IP ke nama domain. Sebagai kebalikan A Record, ini memungkinkan pencarian nama host berdasarkan IP.
  • Selain itu ada NS (menentukan server DNS zone), SOA (Start of Authority), TXT (informasi teks, misalnya SPF), SRV, CAA, dll.

Memahami jenis-jenis record DNS ini sangat penting untuk konfigurasi DNS. Misalnya, jika kita ingin menambahkan server web baru, kita biasanya membuat A record untuk nama domain yang merujuk ke IP server tersebut; jika ingin memverifikasi domain, kita mungkin menambahkan TXT record dengan informasi tertentu.

Struktur Teknis DHCP

Di sisi DHCP, beberapa istilah dan komponen teknis penting meliputi:

  • Scope: Rentang (range) alamat IP yang dapat disewakan dalam satu jaringan. Misalnya, pada jaringan 168.1.0/24, kita dapat membuat scope dari 192.168.1.100 hingga 192.168.1.200 untuk DHCP pool. DHCP server akan memberikan alamat hanya dalam rentang yang ditentukan di scope ini.
  • Lease (Masa Sewa): Durasi waktu IP ditugaskan ke klien. Setelah lease habis, klien harus memperpanjang sewa atau mendapatkan alamat baru. DHCP lease adalah batas waktu penyewaan alamat IP yang diberikan kepada klien oleh server. Misalnya, lease 1 hari berarti klien akan meminta perpanjangan setiap 24 jam.
  • Reservation (Reservasi): Penetapan alamat IP tetap untuk perangkat tertentu berdasarkan MAC address-nya. Dengan reservasi, perangkat (seperti server atau printer) akan selalu mendapatkan alamat yang sama. Misalnya, kita dapat memesan bahwa MAC AA:BB:CC… selalu mendapat 168.1.10 setiap kali terhubung.
  • DHCP Options: Parameter tambahan yang disertakan dalam pesan DHCP untuk memberikan konfigurasi lain ke klien. Contoh opsi yang sering digunakan adalah alamat gateway (Router), alamat server DNS, dan domain name

Tabel 1. Contoh beberapa nomor opsi DHCP standar dan fungsi konfigurasinya.
Sebagai contoh, opsi DHCP 003 adalah Router (menentukan alamat gateway default), opsi 006 adalah DNS Servers (alamat DNS server yang digunakan klien), opsi 015 adalah Domain Name, dan ada pula opsi NetBIOS (044-047) untuk konfigurasi terkait Windows networking. Dengan memasukkan nilai-nilai ini, server DHCP tidak hanya memberikan alamat IP dan subnet mask, tetapi juga informasi jaringan lain yang dibutuhkan klien.

Konfigurasi DNS dan DHCP di Windows

Konfigurasi DNS Server

Di Windows Server (2016/2019/2022/2025), DNS Server disediakan sebagai role yang dapat ditambahkan melalui Server Manager atau PowerShell. Contoh pemasangan menggunakan PowerShell adalah:

Install-WindowsFeature -Name DNS

Perintah ini akan menginstall role DNS Server tanpa perlu reboot. Setelah terinstal, Anda dapat menggunakan DNS Manager (MMC) untuk membuat Forward Lookup Zone (zonasi nama ke IP) dan Reverse Lookup Zone (IP ke nama). Misalnya, untuk domain lokal company.local, buat forward zone company.local dan tambahkan A record seperti server1 -> 192.168.10.5. Windows DNS Manager memudahkan pembuatan record melalui antarmuka grafis. Secara otomatis, server DNS juga diupdate jika Windows Server diintegrasikan dengan Active Directory (AD DS), sehingga setiap kali ada perubahan di AD zone, DNS menyesuaikannya.

Konfigurasi DHCP Server

Sama seperti DNS, DHCP Server juga merupakan role di Windows Server. Langkah dasar instalasi (via PowerShell) adalah:

Install-WindowsFeature DHCP -IncludeManagementTools

Setelah diinstall, server DHCP perlu di-authorize di Active Directory (jika berada dalam domain) agar dapat berfungsi. Kemudian, konfigurasi Scope baru dilakukan untuk mendefinisikan rentang alamat IP yang akan disediakan. Anda bisa membuat scope IPv4, misalnya 192.168.10.0/24, dengan rentang IP 192.168.10.100-192.168.10.200, subnet mask 255.255.255.0, gateway 192.168.10.1, dan DNS server (mis. 192.168.10.5). Windows DHCP Manager (GUI) atau PowerShell (Add-DhcpServerv4Scope) dapat digunakan untuk membuat dan mengaktifkan scope ini. Setelah scope aktif, klien di jaringan akan otomatis mendapatkan alamat dari rentang tersebut beserta opsi yang ditetapkan.

Konfigurasi DNS dan DHCP di Linux

Konfigurasi Bind9 (DNS)

Di Linux (Debian/Ubuntu), DNS server yang populer adalah BIND9. Untuk menginstalnya, jalankan misalnya:

sudo apt-get install bind9 dnsutils

Perintah ini menginstal layanan BIND9 dan utilitas DNS (dig, nslookup). Konfigurasi dasar melibatkan pengeditan file di /etc/bind/. Anda perlu membuat file forward zone (misal db.company.local) dan reverse zone (misal db.10.168.192) yang mendefinisikan nama-nama host serta alamat IP-nya. Contoh entri forward zone:

server1     IN A   192.168.10.5server2     IN A   192.168.10.6

Setelah konfigurasi selesai, restart layanan dengan sudo service bind9 restart. Periksa status dengan dig atau nslookup untuk memastikan DNS merespon dengan benar.

Konfigurasi isc-dhcp-server (DHCP)

Untuk DHCP di Linux, paket yang umum digunakan adalah isc-dhcp-server. Instalasi di Debian/Ubuntu dilakukan dengan:

sudo apt-get install isc-dhcp-server

(Setelah instalasi, tentukan interface yang akan melayani DHCP di /etc/default/isc-dhcp-server.) Konfigurasi rentang alamat dilakukan di /etc/dhcp/dhcpd.conf. Contoh konfigurasi sederhana:

subnet 192.168.10.0 netmask 255.255.255.0 {  range 192.168.10.100 192.168.10.150;  option domain-name “company.local”;  option domain-name-servers 192.168.10.5;  option routers 192.168.10.1;  default-lease-time 600;  max-lease-time 3600;}

Blok di atas mendefinisikan scope untuk subnet 192.168.10.0/24 dengan rentang IP 192.168.10.100–150, serta opsi seperti DNS server (option domain-name-servers) dan gateway (option routers). Setelah konfigurasi, restart server DHCP (sudo systemctl restart isc-dhcp-server). Klien kini akan menerima IP dan pengaturan lain sesuai blok di atas.

Studi Kasus: Implementasi DNS dan DHCP di LAN Perusahaan

Sebagai contoh penerapan di jaringan lokal (LAN) perusahaan, bayangkan sebuah kantor dengan 50 komputer dan 5 server. Perusahaan tersebut menggunakan domain perusahaan.local. Infrastruktur jaringan terdiri dari satu server utama Windows yang menjalankan Active Directory, DNS Server, dan DHCP Server terintegrasi. Berikut garis besar implementasinya:

  • DNS Internal: Administrator membuat zone local di Windows DNS Manager. Ia menambahkan A record seperti server-mail.perusahaan.local -> 10.0.1.10 dan fileserver.perusahaan.local -> 10.0.1.20. Selain itu, dibuat pula reverse lookup zone untuk mempermudah pencarian alamat berdasarkan IP.
  • DHCP Scope: Di DHCP Server, dibuat scope untuk jaringan 10.0.1.0/24. Rentang IP yang dipinjamkan adalah 10.0.1.100 hingga 10.0.1.150. Gateway (router) ditetapkan 10.0.1.1, dan DNS Server diatur ke 10.0.1.5 (alamat server Windows itu sendiri). Dengan ini, setiap PC karyawan otomatis memperoleh IP dalam rentang tersebut dan dapat langsung berkomunikasi menggunakan local.
  • Reservasi: Beberapa perangkat penting seperti printer jaringan dan server tertentu memerlukan alamat tetap. Administrator menambahkan reservation di DHCP berdasarkan MAC address, sehingga misalnya printer bertugas selalu mendapatkan IP 10.0.1.20.
  • Redundansi (opsional): Untuk kehandalan, kantor tersebut bisa menambahkan server BIND9 kedua di Linux sebagai DNS sekunder (rekaman zone disinkronisasi via zone transfer), dan server DHCP cadangan. Dengan demikian layanan tetap berjalan jika satu server mati.

Implementasi di atas memastikan perangkat klien bekerja lancar: begitu kabel Ethernet dicolok atau Wi-Fi tersambung, klien mendapatkan IP beserta DNS yang tepat. Pengguna cukup memasukkan aplikasi.perusahaan.local di browser, dan DNS internal mengarahkan ke server aplikasi yang benar. Keseluruhan otomatisasi ini menghemat waktu administrasi dan mengurangi kesalahan konfigurasi manual.

Troubleshooting Umum dan Perintah Penting

Masalah jaringan seringkali berkaitan dengan DNS atau DHCP. Beberapa perintah diagnostik penting yang biasa digunakan teknisi adalah:

  • nslookup (Windows/Linux/Mac): Perintah untuk memeriksa rekaman DNS. Contohnya nslookup example.com akan menampilkan IP dan server DNS yang merespons. Pada Windows, ini membantu memastikan DNS server merespon dengan benar.
  • dig (Linux/Mac, bisa diinstal di Windows): Utility canggih untuk query DNS. Misalnya dig example.com menampilkan answer section yang berisi A record domain tersebut. Penambahan opsi seperti +trace dapat melacak rute query hingga root DNS server.
  • ipconfig (Windows) / ifconfig atau ip addr (Linux): Melihat konfigurasi IP lokal. Pada Windows, ipconfig /renew dan ipconfig /release berguna untuk me-refresh alamat DHCP. Perintah ipconfig /all menampilkan informasi DHCP Lease, DNS yang digunakan, dan detail interface lainnya.
  • dhclient (Linux): Perintah untuk meminta alamat DHCP. Misalnya sudo dhclient -r lalu sudo dhclient akan melepaskan dan memperbarui lease IP pada interface tertentu. Jika klien tidak mendapatkan IP baru, perintah ini memaksa pembaruan manual.
  • journalctl (Linux): Melihat log systemd. Untuk debugging DHCP server di Linux, journalctl -u isc-dhcp-server memperlihatkan log permintaan DHCP dan kesalahan konfigurasi. Demikian pula, journalctl -u bind9 atau named dapat membantu menelusuri isu DNS pada server.
  • ping / tracert / traceroute: Mencoba konektivitas jaringan. Misalnya, ping 8.8.8.8 memeriksa koneksi internet; tracert example.com (Windows) atau traceroute example.com (Linux) menelusuri jalur paket. Jika ping ke IP sukses tapi ping ke nama host gagal, itu indikasi masalah DNS.

Dengan perintah-perintah tersebut, teknisi dapat menelusuri apakah masalah berasal dari DHCP (tidak dapat memperoleh IP) atau DNS (nama domain tidak dapat di-resolve). Misalnya, jika ipconfig /all menunjukkan alamat IP 169.254.x.x, artinya DHCP gagal dan klien menggunakan alamat APIPA. Sementara itu, jika nslookup contoh.dom tidak menemukan alamat, berarti catatan DNS bermasalah.

Rangkuman: Perintah seperti nslookup dan dig khusus untuk DNS, sedangkan ipconfig dan dhclient berkaitan dengan DHCP. journalctl membantu memeriksa log server di Linux. Menguasai kombinasi pemeriksaan konfigurasi dan log ini sangat penting untuk menyelesaikan masalah pada layanan DNS dan DHCP.

Kesimpulan

DNS dan DHCP adalah dua pilar penting dalam jaringan TCP/IP. DNS memberikan kemampuan bernavigasi menggunakan nama yang mudah diingat, sedangkan DHCP menghilangkan beban konfigurasi alamat IP secara manual. Memahami struktur DNS (hirarki domain, jenis record) serta struktur DHCP (lease, scope, reservation, options) adalah kunci untuk mengelola infrastruktur jaringan profesional. Panduan konfigurasi di Windows Server (melalui Add Roles dan PowerShell) serta di Linux (Bind9 dan isc-dhcp-server) memungkinkan Anda menerapkan layanan DNS dan DHCP sesuai kebutuhan organisasi.

Dalam implementasi nyata, banyak perusahaan menggunakan kombinasi kedua sistem tersebut (misalnya Active Directory terintegrasi DNS/DHCP atau BIND9 dengan ISC-DHCP) untuk menciptakan LAN yang andal. Ketika masalah muncul, perintah troubleshooting seperti nslookup, dig, ipconfig, dhclient, dan pemeriksaan log (journalctl) akan sangat membantu menemukan akar masalah. Dengan pemahaman menyeluruh dan penerapan yang tepat, DNS dan DHCP akan menjaga kelancaran operasi jaringan dan mendukung pengalaman pengguna yang konsisten.

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *