Cara Membuat NAS Raspberry Pi untuk Pemula

Ingin memiliki NAS (Network Attached Storage) sendiri dengan biaya terjangkau? Raspberry Pi bisa menjadi solusi untuk membangun file server rumahan Anda. Artikel ini akan membahas cara membuat NAS menggunakan semua jenis Raspberry Pi, ditujukan bagi pemula. Kita akan mengulas apa itu NAS dan kegunaannya, alasan memilih Raspberry Pi sebagai NAS, perangkat keras yang dibutuhkan, pilihan software (seperti OpenMediaVault, Samba, dan Nextcloud), langkah-langkah instalasi, tips optimasi keamanan, perbandingan dengan NAS komersial, serta rekomendasi akhirnya. Dengan panduan ini, Anda dapat mengubah Raspberry Pi menjadi server penyimpanan NAS Raspberry Pi yang handal dan mudah diakses di jaringan rumah Anda.

Apa Itu NAS dan Apa Kegunaannya?

Network Attached Storage (NAS) adalah perangkat penyimpanan data yang terhubung ke jaringan, sehingga memungkinkan banyak pengguna atau perangkat mengakses dan berbagi file secara bersamaan melalui jaringan. Singkatnya, NAS berfungsi seperti server penyimpanan terpusat di mana Anda bisa menyimpan dokumen, foto, musik, video, dan data lainnya, lalu mengaksesnya dari komputer, laptop, atau smartphone dalam satu jaringan. Kegunaan NAS antara lain untuk berbagi file antar pengguna di rumah/kantor, melakukan backup data secara terjadwal, menyimpan koleksi media (film, musik) untuk streaming lokal, ataupun membangun cloud storage pribadi. Dengan NAS, Anda tidak perlu mencolokkan hard drive ke setiap perangkat; cukup simpan di NAS dan semua perangkat bisa mengakses melalui jaringan secara praktis.

Raspberry Pi dapat diubah menjadi server NAS rumahan dengan menghubungkan beberapa drive penyimpanan eksternal melalui USB. Konsep DIY NAS seperti ini memungkinkan berbagai perangkat di jaringan lokal untuk mengakses data secara terpusat.

Contoh sederhana kegunaan NAS di rumah: Anda dapat menyimpan semua film dan foto keluarga di satu perangkat NAS, lalu memutar film tersebut di smart TV atau mengakses foto dari laptop/ponsel tanpa perlu menyalin file satu per satu. NAS juga berguna untuk backup terpusat – misalnya, komputer Anda melakukan backup otomatis ke NAS setiap hari, sehingga jika suatu waktu komputer rusak, data penting masih aman di NAS. Intinya, NAS menyediakan file server selalu aktif yang siap melayani permintaan data kapan pun dibutuhkan.

Mengapa Menggunakan Raspberry Pi untuk NAS?

Raspberry Pi populer digunakan sebagai server NAS DIY karena beberapa alasan utama:

  • Biaya Terjangkau: Harga board Raspberry Pi jauh lebih murah dibanding membeli NAS komersial atau server lengkap. Anda bisa membangun NAS hanya dengan modal Raspberry Pi dan hard disk eksternal, tanpa lisensi software berbayar karena ekosistem Raspberry Pi menggunakan software open-source gratis. Solusi ini sangat ramah di kantong bagi hobiis dan pengguna rumahan.
  • Hemat Energi: Raspberry Pi hanya membutuhkan daya listrik sangat kecil (umumnya di bawah 10 watt). Artinya, perangkat ini cocok untuk dinyalakan 24 jam nonstop sebagai NAS tanpa membuat tagihan listrik membengkak. Dibandingkan PC atau NAS komersial berdaya lebih tinggi, Raspberry Pi jauh lebih efisien dan tidak berisik karena umumnya tanpa kipas.
  • Ukurannya Kecil & Fleksibel: Bentuk Raspberry Pi yang mungil memudahkan penempatan NAS di mana saja. Meski kecil, Pi mendukung koneksi berbagai perangkat USB seperti flashdisk, HDD, atau SSD sebagai media penyimpanan. Anda bahkan bisa menambahkan USB hub berdaya (powered USB hub) jika ingin menghubungkan beberapa drive sekaligus. Selain itu, tersedia berbagai HAT dan aksesori (misal modul SATA HAT, PoE HAT, case dengan kipas) yang bisa menambah fungsi Pi sesuai kebutuhan (seperti manajemen daya, peningkatan jaringan, dsb).
  • Cukup untuk Kebutuhan Rumahan: Untuk penggunaan skala rumahan atau kantor kecil, kemampuan Raspberry Pi sudah memadai. Raspberry Pi 4 misalnya dilengkapi Gigabit Ethernet dan port USB 3.0, sehingga mampu memberikan kecepatan transfer data tinggi (bisa mendekati ~100 MB/s pada jaringan Gigabit dalam kondisi optimal). Ini cukup untuk keperluan streaming video HD, berbagi file kantor, atau backup beberapa perangkat. Beban kerja ringan hingga menengah dapat ditangani dengan baik. Anda juga bisa menjalankan layanan tambahan seperti media server (Plex/Emby), torrent client, atau aplikasi sinkronisasi cloud dalam NAS Raspberry Pi.
  • DIY dan Customizable: Menggunakan Raspberry Pi memberi kendali penuh atas konfigurasi NAS Anda. Anda bebas memilih sistem operasi, software NAS, pengaturan storage (misal memakai sistem file ext4, menyiapkan RAID software, dsb), dan layanan tambahan yang ingin dijalankan. Bagi yang suka bereksperimen, ini kesempatan belajar tentang server, Linux, dan jaringan. Tingkat kustomisasi ini melebihi NAS komersial, meskipun artinya Anda perlu sedikit usaha lebih untuk set-up dan pemeliharaan.

Dengan berbagai keunggulan tersebut, Raspberry Pi menjadi pilihan menarik untuk NAS buatan sendiri. Selanjutnya, mari kita lihat apa saja yang diperlukan untuk membangun NAS Raspberry Pi.

Perangkat Keras yang Dibutuhkan untuk NAS Raspberry Pi

Membangun NAS dengan Raspberry Pi tidak membutuhkan banyak komponen. Pastikan perangkat keras berikut tersedia, yang umumnya kompatibel dengan semua versi Raspberry Pi:

  • Board Raspberry Pi: Anda dapat menggunakan model Raspberry Pi apa saja (Pi 4, Pi 3, Pi 2, bahkan Pi Zero) sebagai NAS. Namun, disarankan memakai Raspberry Pi 4 atau model terbaru untuk kinerja terbaik, karena memiliki prosesor lebih cepat, port Gigabit Ethernet, dan USB 3.0 untuk transfer data cepat. Model lama seperti Pi 2/Pi 3 tetap bisa dipakai, tetapi port Ethernet-nya terbatas 100 Mbps dan USB 2.0 (lebih lambat). Jadi, pilih model sesuai kebutuhan kecepatan dan budget Anda.
  • Kartu MicroSD (beserta card reader): Digunakan sebagai media penyimpanan sistem operasi untuk Raspberry Pi. Ukuran 8–16 GB sudah cukup, namun sebaiknya gunakan 32 GB atau lebih agar leluasa. Gunakan kartu berkualitas baik (kelas A1/A2) untuk kecepatan dan keandalan.
  • Adaptor Daya (Power Supply): Raspberry Pi membutuhkan catu daya stabil 5V dengan arus minimal 2.5–3A (tergantung model). Pastikan menggunakan adaptor resmi atau berkualitas baik agar Pi dan hard disk eksternal mendapatkan daya cukup. Jika memakai Pi 4 dengan beberapa perangkat USB terhubung, adaptor 5V 3A sangat dianjurkan.
  • Media Penyimpanan Eksternal: Inilah tempat menyimpan data NAS. Anda bisa menggunakan hard disk eksternal (HDD) atau SSD yang terhubung via USB. Kapasitas terserah kebutuhan (500GB, 1TB, dst). HDD 3.5 inci biasanya butuh sumber daya terpisah, jadi alternatif praktis adalah HDD/SSD 2.5 inci yang cukup ditenagai port USB Pi (atau gunakan dock/housing eksternal ber-power supply sendiri). Bisa juga pakai flashdisk untuk percobaan, tapi untuk NAS sesungguhnya disarankan HDD/SSD yang lebih andal dan kapasitas besar. Jika Anda ingin menghubungkan banyak drive sekaligus, pertimbangkan memakai powered USB hub agar arus cukup untuk semua perangkat.
  • Kabel Jaringan (Ethernet) atau Wi-Fi: Untuk koneksi NAS ke jaringan lokal. Sebaiknya hubungkan Raspberry Pi ke router menggunakan kabel Ethernet, terutama bagi model yang punya port Gigabit Ethernet (Pi 4). Koneksi kabel lebih cepat dan stabil untuk transfer file besar. Raspberry Pi juga bisa terhubung via Wi-Fi (terutama model dengan Wi-Fi onboard), namun kecepatan dan stabilitas Wi-Fi umumnya di bawah kabel. Jadi, gunakan Wi-Fi hanya jika penarikan kabel tidak memungkinkan.
  • Perangkat opsional: Casing Raspberry Pi (agar rapi dan mendapat pendinginan – beberapa case dilengkapi kipas pendingin untuk mencegah Pi overheat saat bekerja 24/7), heatsink untuk chip, dan mungkin UPS kecil jika butuh proteksi power (agar NAS tidak mati mendadak saat listrik padam, yang bisa sebabkan kerusakan data). Semua opsional ini membantu meningkatkan keandalan NAS jangka panjang.

Setelah semua perangkat siap, tahap berikutnya adalah memilih software yang akan dijalankan di Raspberry Pi untuk fungsi NAS.

Pilihan Software NAS untuk Raspberry Pi

Ada beberapa software NAS yang populer untuk digunakan di Raspberry Pi. Masing-masing memiliki pendekatan dan fitur berbeda, sehingga Anda bisa memilih sesuai kenyamanan dan kebutuhan:

  • OpenMediaVault (OMV): Ini adalah sistem operasi NAS berbasis Debian Linux yang didesain khusus untuk perangkat NAS. OpenMediaVault menyediakan antarmuka web yang mudah digunakan untuk mengelola penyimpanan, membuat file share, mengatur pengguna, serta berbagai layanan (SMB/CIFS, FTP, NFS, Rsync, hingga Docker). Kelebihan OMV adalah kemudahan administrasi – Anda tidak perlu mahir Linux untuk mengkonfigurasi NAS, semua bisa diatur via web GUI. OMV gratis dan open-source. Di Raspberry Pi, OMV bisa dipasang dengan image khusus atau melalui script di Raspberry Pi OS. OMV cocok untuk pemula karena tinggal instal, lalu NAS siap digunakan dengan fitur lengkap.
  • Samba (SMB/CIFS): Samba adalah software implementasi protokol SMB/CIFS yang memungkinkan berbagi file di jaringan (kompatibel dengan Windows). Samba sebenarnya biasanya sudah termasuk di OMV sebagai layanan file sharing utama. Namun, Anda juga bisa langsung menginstal Samba di Raspberry Pi OS (Raspbian) tanpa OMV, untuk konfigurasi yang lebih ringan. Kelebihannya, Samba relatif ringan dan straightforward. Cukup instal paket Samba, atur konfigurasi share folder, lalu Raspberry Pi Anda sudah berperan sebagai file server Raspberry Pi yang bisa diakses dari Windows Explorer atau perangkat lain. Pendekatan ini membutuhkan sedikit keterampilan Linux (mengedit file konfigurasi). Meskipun begitu, banyak panduan tersedia dan Samba dikenal cukup mudah diatur untuk membuat NAS sederhana. Ini pilihan bagus jika Anda ingin belajar membangun server Linux dari nol atau jika sistem operasi Pi Anda digunakan untuk keperluan lain juga (misal Pi menjalankan Home Assistant sekaligus NAS).
  • Nextcloud: Ini adalah platform self-hosted cloud storage. Berbeda dengan Samba yang hanya menyediakan share folder, Nextcloud memberikan antarmuka web layaknya Dropbox/Google Drive pribadi, lengkap dengan fitur sinkronisasi file ke berbagai perangkat, kalender/kontak, galeri foto, hingga kolaborasi dokumen. Anda bisa menginstal Nextcloud di Raspberry Pi (misalnya menggunakan NextCloudPi, yaitu image khusus Raspberry Pi dengan Nextcloud pre-install). Nextcloud cocok jika Anda ingin NAS yang bisa diakses via internet dengan aman (dengan user login), sinkron otomatis folder dari PC/HP, dan fitur-fitur cloud lainnya. Namun, Nextcloud cukup berat dijalankan di Pi model lama, jadi idealnya Pi 4 dengan RAM lebih besar. Integrasi Nextcloud di OMV juga bisa dilakukan (misal via Docker). Singkatnya, Nextcloud mengubah NAS Pi Anda menjadi server cloud pribadi yang dapat diakses dari mana saja, bukan hanya file share lokal.

Selain tiga di atas, ada juga software lain seperti FTP server, NFS server, maupun platform media server (Plex, Emby) yang bisa dipasang di Raspberry Pi NAS untuk kebutuhan spesifik. Namun, untuk pemula, kombinasi OMV (untuk kemudahan manajemen NAS dasar) dengan Samba (file sharing) dan Nextcloud (opsional untuk cloud access) sudah mencakup sebagian besar kebutuhan NAS rumahan.

Berikutnya, kita akan masuk ke panduan langkah demi langkah instalasi dan konfigurasi NAS menggunakan Raspberry Pi. Dalam panduan ini, kita akan menggunakan OpenMediaVault sebagai basis, karena relatif mudah bagi pemula dan mencakup layanan Samba di dalamnya.

Panduan Langkah Demi Langkah Instalasi NAS di Raspberry Pi

Di bawah ini adalah langkah-langkah umum untuk membuat NAS Raspberry Pi menggunakan OpenMediaVault (OMV) sebagai contoh. Pastikan Raspberry Pi dan perangkat keras (SD card, dll) sudah siap.

  1. Install Sistem Operasi NAS (OpenMediaVault) di Raspberry Pi:
    • Unduh image OMV untuk Raspberry Pi: Kunjungi situs resmi OpenMediaVault dan unduh image terbaru khusus Raspberry Pi (OMV biasanya tersedia untuk arsitektur ARM). Alternatifnya, Anda bisa menginstal Raspberry Pi OS Lite terlebih dahulu lalu menjalankan script instalasi OMV secara manual sesuai panduan resmi.
    • Flash ke MicroSD: Gunakan software Raspberry Pi Imager atau balenaEtcher untuk flash image OMV ke kartu microSD. Pilih image OMV yang telah diunduh sebagai OS, dan pastikan memilih target drive SD card yang benar. Setelah proses flash selesai, eject kartu SD dengan aman.
  2. Boot Raspberry Pi dengan OMV:
    • Masukkan microSD ke Raspberry Pi, hubungkan Pi ke router (via kabel Ethernet untuk setup awal yang lancar), lalu nyalakan Pi dengan menghubungkan power supply. Beri waktu beberapa menit untuk Raspberry Pi booting pertama kali.
    • Temukan alamat IP Raspberry Pi: Anda dapat mengecek halaman admin router (daftar perangkat DHCP) untuk menemukan IP Raspberry Pi, atau gunakan tool IP scanner. Alamat IP ini diperlukan untuk mengakses antarmuka web OMV.
  3. Akses Antarmuka Web OpenMediaVault:
    • Dari komputer/laptop yang satu jaringan, buka browser dan masukkan URL http://<IP-RaspberryPi>/ (misal http://192.168.1.100/). Seharusnya muncul halaman login OpenMediaVault.
    • Login dengan kredensial default OMV (username: admin, password: openmediavault). Setelah berhasil login, segera ubah password admin tersebut demi keamanan (menu General Settings > Web Administrator Password). Anda sekarang masuk ke dashboard OMV, dari mana semua konfigurasi NAS dapat dilakukan.
  4. Konfigurasi Disk Penyimpanan di OMV:
    • Hubungkan drive eksternal: Colokkan hard disk/SSD USB eksternal Anda ke port USB Raspberry Pi. Jika drive memerlukan suplai daya, pastikan telah dihubungkan ke sumber daya.
    • Kenali drive di OMV: Pada web interface OMV, masuk ke menu Storage > Disks. Anda akan melihat drive internal (microSD) dan seharusnya drive USB eksternal terdeteksi di sana.
    • Inisialisasi & mount disk: Jika hard disk masih kosong atau ingin diformat baru, masuk ke Storage > File Systems. Klik Create untuk memformat disk (pilih perangkat /dev/sda misalnya, filesystem ext4 untuk performa optimal). Peringatan: langkah ini akan menghapus semua data di drive. Jika disk sudah berisi data dan formatnya kompatibel (ext4/NTFS), Anda bisa langsung klik Mount pada drive tersebut agar dapat diakses OMV. Setelah mounting, status drive akan mounted dan siap digunakan.
  5. Membuat Shared Folder:
    • Setelah disk ter-mount, buat folder bersama yang akan diakses lewat jaringan. Masuk menu Storage > Shared Folders. Klik Add untuk membuat share baru. Beri nama folder (misal “data_nas”), pilih perangkat volume (drive eksternal yang tadi di-mount), dan path (otomatis sesuai nama). Simpan konfigurasi.
    • Selanjutnya atur privileges/izin akses folder tersebut: klik share yang baru dibuat > Privileges. Anda bisa menambahkan user tertentu dengan izin read/write. Untuk pemula, bisa memberi akses read/write ke user pi atau membuat user baru khusus NAS.
  6. Aktifkan Layanan SMB/CIFS (Samba):
    • Buka menu Services > SMB/CIFS di OMV. Di tab Settings, centang Enable untuk mengaktifkan layanan Samba (SMB) dan klik Save lalu Apply. Pastikan Workgroup sesuai (umumnya “WORKGROUP”).
    • Berikutnya, di tab Shares, tambahkan share SMB baru dengan klik Add. Pilih Shared Folder yang dibuat tadi (“data_nas”) dan konfigurasi lainnya (boleh biarkan default untuk permulaan). Beri nama share (misal “NAS_Pi”). Anda bisa mengatur apakah share ini public atau membutuhkan login. Untuk keamanan, sebaiknya Authentication diatur Guests allowed = No (artinya butuh akun untuk akses). Pilih pengguna yang memiliki akses (yang tadi diatur di privileges). Simpan dan Apply perubahan.
  7. Mengakses NAS dari Komputer/Perangkat Lain:
    • Sekarang NAS Raspberry Pi Anda sudah aktif. Coba akses dari PC Windows: buka File Explorer, lalu di address bar ketik \\<IP-RaspberryPi> atau \\RASPBERRYPI (bergantung nama host). Harusnya muncul folder share “NAS_Pi” yang tadi dibuat. Klik folder tersebut, masukkan username & password (user yang diberi akses di OMV) jika diminta. Setelah itu, Anda bisa membaca/menulis file ke folder tersebut layaknya folder lokal.
    • Untuk pengguna Mac, di Finder gunakan Go > Connect to Server lalu masukkan smb://<IP-RaspberryPi>. Untuk Linux, bisa mount smb share atau akses via file manager dengan smb:// URL serupa.
    • Jika menggunakan smartphone, Anda dapat memakai aplikasi file manager yang mendukung SMB/CIFS atau aplikasi seperti Nextcloud (jika Anda menginstal Nextcloud untuk akses via web/mobile).
  8. Konfigurasi Lanjutan (Opsional):
    • Langkah-langkah di atas mencakup setup dasar. Selanjutnya, Anda dapat menyesuaikan lebih lanjut: membuat user-user terpisah untuk masing-masing anggota keluarga, mengatur quota penyimpanan, menjadwalkan backup otomatis antar folder, atau mengaktifkan layanan lain. Jelajahi menu OMV untuk fitur tambahan (misal FTP server, Rsync, dll.). Anda juga bisa memasang plugin atau Docker container untuk fungsionalitas ekstra (contoh: memasang Nextcloud atau Plex melalui Docker di OMV). Pastikan untuk Apply setiap perubahan konfigurasi di OMV (ikon centang muncul di atas jika ada perubahan belum diterapkan).

Panduan di atas memberikan garis besar pembuatan NAS menggunakan Raspberry Pi + OpenMediaVault. Tergantung kebutuhan, Anda bisa memilih metode berbeda (misal instal manual Samba tanpa OMV, atau langsung pakai image NextCloudPi). Namun, prinsip dasarnya sama: sediakan storage, share folder di jaringan, dan akses dengan protokol standar (SMB/NFS/WebDAV sesuai software yang dipilih).

Tips Optimalisasi dan Keamanan NAS Raspberry Pi

Membangun NAS sendiri artinya Anda juga bertindak sebagai administrator yang bertanggung jawab menjaga performa dan keamanannya. Berikut beberapa tips penting untuk optimalisasi dan keamanan NAS Raspberry Pi Anda:

  • Gunakan Koneksi Kabel untuk Kecepatan Optimal: Jika memungkinkan, selalu hubungkan Raspberry Pi ke jaringan via Ethernet. Koneksi kabel Gigabit akan memberikan kecepatan transfer jauh lebih tinggi dan stabil dibanding Wi-Fi. Ini penting terutama saat memindahkan file berukuran besar atau streaming video HD.
  • Pakai Sistem File dan Pengaturan yang Tepat: Untuk drive eksternal, sebaiknya format dengan sistem file ext4 (atau format Linux native) demi kompatibilitas dan kinerja terbaik di OMV/Linux. Hindari menggunakan format exFAT/NTFS kecuali terpaksa, karena di Linux performanya bisa lebih lambat. Jika harus bertukar drive dengan Windows, NTFS bisa dipakai tapi dengan sedikit penalti kinerja.
  • Gunakan Pasword Kuat dan Ganti Default: Keamanan dasar yang wajib adalah mengganti semua password default. Pastikan Anda sudah mengubah password admin OMV. Juga, buat akun user dengan password kuat untuk akses file share, dan hindari mengaktifkan share yang guest/public tanpa password jika NAS berisi data sensitif.
  • Update dan Backup Rutin: Selalu lakukan update sistem operasi dan software NAS secara berkala untuk mendapatkan patch keamanan terbaru. Raspberry Pi OS/OMV dapat di-update melalui apt update && apt upgrade atau melalui antarmuka OMV (Update Manager). Selain itu, atur mekanisme backup untuk data di NAS ke lokasi lain (misal ke hard disk eksternal kedua atau cloud) jika data tersebut sangat penting – NAS DIY biasanya tidak luput dari risiko kerusakan, jadi backup tetap diperlukan.
  • Keamanan Jaringan: Jika Anda berencana mengakses NAS dari luar jaringan rumah (remote access), jangan membuka share Samba ke internet secara langsung (rawan disusupi). Sebaiknya gunakan VPN untuk terhubung ke jaringan rumah, atau manfaatkan fitur remote access Nextcloud dengan SSL. Pastikan port yang terbuka di router hanya yang perlu saja. Aktifkan firewall di Raspberry Pi (misal ufw) untuk mengizinkan trafik yang diperlukan saja. Untuk ekstra keamanan, bisa dipasang Fail2Ban untuk mencegah bruteforce login ke layanan NAS.
  • Pantau Suhu dan Kinerja: Raspberry Pi yang bekerja nonstop 24/7 mungkin mengalami panas berlebih jika ditempatkan di case tertutup tanpa aliran udara. Gunakan heatsink atau kipas kecil, dan letakkan di area yang memiliki sirkulasi udara baik. Cek suhu Pi sesekali (vcgencmd measure_temp). Jaga suhu di bawah ~70°C untuk kestabilan. Selain itu, pantau penggunaan CPU, RAM, dan storage. OMV menyediakan dashboard penggunaan resource – pastikan NAS Anda berjalan dalam batas wajar dan tidak kehabisan ruang penyimpanan.
  • Gunakan UPS jika Perlu: Pemadaman listrik tiba-tiba bisa menyebabkan corrupt pada SD card atau sistem file jika NAS sedang menulis data. Bila memungkinkan, gunakan unit UPS kecil untuk menyuplai daya Raspberry Pi dan hard disk beberapa menit saat listrik padam, sehingga Anda bisa melakukan shutdown yang benar. Ini opsional tapi berguna untuk melindungi integritas data.

Dengan mengikuti tips di atas, NAS berbasis Raspberry Pi Anda akan lebih optimal dan aman digunakan oleh seluruh anggota keluarga.

Perbandingan Raspberry Pi NAS vs NAS Komersial

Bagaimana Raspberry Pi NAS dibandingkan dengan NAS komersial seperti Synology, QNAP, dll? Berikut perbandingan beberapa aspek penting:

  • Harga: Dari segi biaya, Raspberry Pi NAS jelas lebih unggul untuk kapasitas setara. Misal, Raspberry Pi 4 + HDD 2TB mungkin biayanya separuh atau sepertiga dari harga NAS merk terkenal (belum termasuk disk). Bagi pengguna beranggaran terbatas, DIY NAS sangat menarik. NAS komersial harganya lebih mahal karena termasuk hardware khusus dan OS berlisensi.
  • Kinerja: Raspberry Pi 4 sudah mendukung Gigabit Ethernet dan USB3, sehingga performanya mendekati NAS kelas entry-level. Namun, prosesor Pi (ARM) tetap kalah bertenaga dibanding NAS komersial yang memakai CPU khusus (Intel/AMD atau ARM yang lebih tinggi). NAS komersial umumnya bisa menangani transfer data lebih konsisten, multi-bay RAID dengan throughput tinggi, dan aplikasi berat (misal transkode video 4K) lebih baik. Pi NAS cocok untuk beban ringan-menengah; untuk kebutuhan sangat tinggi, NAS komersial lebih andal.
  • Fitur dan Ekosistem Software: NAS komersial dilengkapi OS tersendiri (contoh: Synology DSM) yang sangat user-friendly dan kaya fitur out-of-the-box (aplikasi backup, photo management, download manager, dll, yang siap pakai beberapa klik saja). Komunitas dan dukungan resminya juga kuat. Sementara itu, Raspberry Pi NAS dengan OMV/Linux menyediakan fleksibilitas tinggi berkat banyaknya software open-source, tetapi membutuhkan pengetahuan lebih untuk menginstal dan mengonfigurasi fitur tambahan. Bagi pengguna awam, antarmuka Synology/QNAP mungkin lebih mudah dipahami dibanding OMV atau Linux. Kemudahan penggunaan NAS komersial umumnya lebih baik karena semuanya terintegrasi dan siap pakai, sedangkan Pi NAS butuh waktu setting manual (meski panduan tersedia). Namun, jika Anda suka mengulik, Pi NAS tidak jadi masalah dan justru menyenangkan.
  • Skalabilitas & Kapasitas: NAS komersial biasanya menyediakan beberapa bay drive (2-bay, 4-bay, dst) yang mendukung konfigurasi RAID hardware. Menambah kapasitas cukup dengan memasang drive tambahan di slot. Raspberry Pi tidak memiliki slot drive internal, jadi penambahan storage harus via port USB eksternal. Anda bisa hubungkan banyak drive via hub, tetapi secara fisik kurang rapi dan performa dibagi di bandwidth USB. Selain itu, jika ingin RAID di Pi, harus menggunakan software RAID (misal mdadm) yang lebih rumit dan terbatas kecepatannya. Untuk kebutuhan kapasitas besar dan redundant (misal NAS 4-bay dengan RAID5), perangkat komersial lebih ideal.
  • Dukungan & Reliabilitas: Dengan NAS komersial, Anda mendapat dukungan pabrikan dan komunitas luas spesifik merek tersebut. Firmware dan security update disediakan rutin oleh vendor. Sementara Raspberry Pi NAS sepenuhnya diurus sendiri; dukungan hanya dari komunitas umum Raspberry Pi/OMV. Dalam hal reliabilitas hardware, NAS komersial didesain khusus untuk operasi 24/7 dengan komponen yang tahan banting, sedangkan Raspberry Pi adalah board hobi (meski banyak juga yang sanggup kerja nonstop). Namun, dengan perawatan dan setup yang tepat, Raspberry Pi NAS bisa cukup handal untuk penggunaan rumahan biasa.

Singkatnya, DIY NAS dengan Raspberry Pi vs NAS komersial punya kelebihan masing-masing. Raspberry Pi menang di biaya dan fleksibilitas, sedangkan NAS komersial unggul di kemudahan, performa kelas tinggi, dan fitur siap pakai. Pilihlah sesuai profil Anda: jika suka DIY, budget terbatas, dan kebutuhan tidak terlalu ekstrem, Raspberry Pi NAS sudah memadai. Jika mengutamakan kemudahan plug-and-play atau dipakai untuk bisnis/profesional yang kritis, NAS komersial bisa jadi investasi yang lebih aman.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Membangun NAS Raspberry Pi merupakan solusi kreatif dan ekonomis untuk menghadirkan server penyimpanan terpusat di rumah Anda. Dengan pemahaman konsep dasar NAS serta mengikuti langkah-langkah instalasi di atas, pemula sekalipun dapat sukses membuat NAS DIY. Raspberry Pi menyediakan platform hardware murah dan hemat energi, sementara software seperti OpenMediaVault, Samba, dan Nextcloud memberikan fitur-fitur NAS lengkap secara gratis. Hasilnya, Anda memiliki file server Raspberry Pi serbaguna: bisa dipakai berbagi file antar perangkat, streaming media, backup otomatis, hingga cloud pribadi, semuanya kendali penuh di tangan Anda.

Sebagai rekomendasi, jika Anda baru memulai, gunakan Raspberry Pi 4 (atau model terbaru) untuk hasil optimal, karena kinerja jaringan dan USB-nya jauh lebih baik. Instal OpenMediaVault untuk kemudahan manajemen, aktifkan Samba untuk berbagi file ke Windows/Mac, dan tambahkan Nextcloud jika butuh akses cloud/web. Jangan lupa terapkan tips keamanan (ganti password, update rutin, dll.) agar NAS Anda aman dan data terlindungi.

Terakhir, sadari keterbatasan Raspberry Pi – untuk pemakaian rumahan umumnya sudah sangat mencukupi. Namun, jika di masa depan kebutuhan Anda meningkat (misal butuh kecepatan lebih tinggi, kapasitas puluhan TB, atau keandalan 24/7 yang dijamin), pertimbangkan investasi ke NAS komersial. Meski demikian, pengalaman membangun NAS sendiri dengan Raspberry Pi sangat berharga untuk belajar banyak hal baru. Cara membuat NAS ini bisa menjadi proyek DIY menarik, dan hasilnya Anda mendapatkan NAS personal yang disesuaikan dengan keinginan Anda. Selamat mencoba membangun NAS Raspberry Pi Anda sendiri, dan nikmati kemudahan mengakses file di mana saja dalam jaringan Anda!

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *