Panduan Dasar Protokol Routing: RIP, OSPF, EIGRP, dan BGP

Pendahuluan

Dalam jaringan komputer, routing adalah proses pengiriman paket data dari satu jaringan ke jaringan lain. Router biasanya menentukan rute terbaik secara otomatis menggunakan protokol routing dinamis. Empat protokol routing dinamis populer yang dibahas di sini adalah RIP, OSPF, EIGRP, dan BGP. Masing-masing protokol memiliki cara kerja, kelebihan, dan kekurangan tersendiri, serta skenario penggunaan yang berbeda. Secara garis besar, RIP, OSPF, dan EIGRP termasuk Interior Gateway Protocol (IGP) yang digunakan dalam satu sistem otonom (AS) internal, sedangkan BGP adalah Exterior Gateway Protocol (EGP) yang digunakan untuk pertukaran routing antar-AS (misalnya antar-ISP)[1][2]. Artikel ini akan menjelaskan teori dasar keempat protokol tersebut (cara kerja, kelebihan, kekurangan), diikuti dengan contoh konfigurasi dasar pada perangkat Cisco dan MikroTik. Setiap konfigurasi disertai langkah demi langkah, serta tips dan kesalahan umum yang perlu dihindari. Fokusnya adalah memberikan pemahaman teori dan praktik secara seimbang agar mudah dipahami oleh pemula.

Routing Information Protocol (RIP)

Teori Dasar RIP

Routing Information Protocol (RIP) adalah salah satu protokol routing dinamis tertua dan paling sederhana. RIP termasuk kategori distance-vector IGP, artinya setiap router berbagi informasi routing dengan tetangganya dengan menghitung jarak (distance) berupa jumlah lompatan (hop count) ke jaringan tujuan[3]. Setiap hop merepresentasikan satu router yang dilewati. RIP menggunakan algoritma Bellman-Ford untuk menentukan rute terbaik berdasarkan hop count terkecil. Namun, RIP memiliki batas maksimum 15 hop – jika suatu tujuan memerlukan 16 hop atau lebih, maka dianggap tidak terjangkau (infinite)[4]. Keterbatasan ini membuat RIP cocok hanya untuk jaringan kecil hingga menengah[5].

RIP awalnya hadir sebagai RIPv1 (RFC 1058) yang classful (tidak mengirimkan informasi subnet mask). RIPv1 mengirim update routing setiap 30 detik secara broadcast, dan tidak mendukung VLSM atau autentikasi, sehingga kurang fleksibel dan kurang aman untuk jaringan modern[6]. Versi lanjutannya, RIPv2 (RFC 2453), memperbaiki hal tersebut dengan menjadi classless (mengikutsertakan subnet mask, mendukung VLSM) dan mengirim update secara multicast (alamat 224.0.0.9). RIPv2 juga menambahkan fitur autentikasi untuk keamanan[7]. Selain itu ada RIPng (RIP next generation) untuk IPv6[8]. Protokol RIP melakukan update routing secara periodik (setiap ~30 detik) menggunakan UDP port 520, dan menerapkan mekanisme seperti split horizon dan poison reverse untuk mencegah routing loop[9].

Secara umum, kelebihan utama RIP adalah sederhana dan mudah dikonfigurasi – cocok bagi pemula dan jaringan kecil yang tidak terlalu kompleks[10]. Namun, kekurangan RIP cukup signifikan: konvergensinya lambat, metriknya sangat terbatas (hanya hop count tanpa mempertimbangkan bandwidth atau delay), serta skalabilitasnya rendah karena batas 15 hop dan update periodik yang membebani jaringan pada skala besar[10]. Dengan kata lain, RIP kurang efisien untuk jaringan besar atau topologi yang kompleks.

Kelebihan dan Kekurangan RIP

  • Kelebihan: Konfigurasi sangat mudah dan sederhana. RIP didukung luas oleh berbagai vendor dan cocok untuk jaringan kecil yang statis atau perubahan topologinya jarang[10]. RIPv2 mendukung VLSM dan autentikasi, sehingga lebih aman dan fleksibel dibanding RIPv1.
  • Kekurangan: Scalability terbatas – hanya mendukung jarak hingga 15 hop[5]. Tidak cocok untuk jaringan menengah ke besar karena penggunaan bandwidth yang kurang efisien (update setiap 30 detik ke semua router). Konvergensi lebih lambat dibanding protokol modern, dan metrik hop count tidak mempertimbangkan kualitas link (misal kapasitas bandwidth). Pada versi RIPv1 juga tidak mendukung subnet mask variabel (tidak kompatibel dengan VLSM)[6].

Konfigurasi RIP pada Cisco

Konfigurasi RIP di router Cisco (IOS) sangat mudah. Berikut langkah-langkah dasar mengaktifkan RIP versi 2 pada router Cisco:

  1. Aktifkan proses RIP: Masuk ke mode konfigurasi global dan ketik perintah router rip. Ini akan mengaktifkan proses routing RIP pada router.
  2. Pilih versi RIP: Secara default, beberapa IOS lama menggunakan RIPv1. Untuk memastikan menggunakan RIPv2 (classless), masukkan perintah version 2 di mode konfigurasi router RIP[11].
  3. Tentukan jaringan yang di-routing: Gunakan perintah network [alamat_network] untuk setiap jaringan yang tersambung langsung ke router yang ingin di-advertise via RIP. Masukkan address network classful-nya (RIP akan otomatis menganggap kelas A/B/C kecuali di-disable summarization). Contoh, jika router memiliki interface di network 192.168.1.0/24 dan 10.10.10.0/30, maka konfigurasi: network 192.168.1.0 dan network 10.10.10.0. Hal ini memberi tahu router untuk mengirim dan menerima update RIP pada interface yang berada di network tersebut[12].
  4. Nonaktifkan auto-summarization (opsional tapi disarankan): Jika jaringan Anda menggunakan subnet non-classful atau discontiguous, sebaiknya matikan fitur auto-summary dengan perintah no auto-summary. Ini mencegah router menggabungkan (summarize) network menjadi bentuk classful pada boundary network kelas A/B/C[13]. Dengan no auto-summary, RIP akan mengiklankan prefix sesuai subnet asli (perlu untuk VLSM).
  5. Pasifkan interface tertentu (opsional): Jika ada interface yang tidak terhubung ke router RIP lain (misal interface menuju LAN end-user), disarankan menjadikannya passive agar tidak mengirim update RIP ke jaringan tersebut. Gunakan perintah passive-interface [nama_interface]. Interface pasif tetap akan menerima route RIP (berguna untuk network LAN di routing table) namun tidak akan mengirim update, sehingga lebih aman dan mengurangi traffic[14]. Misal: passive-interface FastEthernet1/0 pada interface menuju LAN internal[12].

Sebagai contoh, berikut konfigurasi RIP versi 2 pada router Cisco R1 dengan dua jaringan terhubung (192.168.1.0/24 dan 100.100.100.0/30)[12]:

R1(config)# router rip
R1(config-router)# version 2
R1(config-router)# network 192.168.1.0
R1(config-router)# network 100.100.100.0
R1(config-router)# no auto-summary
R1(config-router)# passive-interface fa1/0

Perintah di atas mengaktifkan RIP, mengatur versi 2, mendaftarkan network 192.168.1.0/24 dan 100.100.100.0/30 ke proses RIP, menonaktifkan auto-summary, serta menjadikan interface Fa1/0 (misal terhubung ke LAN) sebagai pasif. Ulangi langkah serupa pada router-router lain di jaringan RIP tersebut (dengan menyesuaikan daftar network yang terhubung ke masing-masing router). Setelah konfigurasi, Anda dapat menggunakan perintah show ip route pada Cisco untuk memastikan route RIP (ditandai dengan kode “R”) telah muncul dan saling belajar antar-router[15].

Konfigurasi RIP pada MikroTik

Pada MikroTik RouterOS, konfigurasi RIP juga sederhana, namun konsepnya sedikit berbeda karena harus menambahkan interface dan network ke protokol RIP secara manual. MikroTik hanya mendukung RIP versi 2 untuk IPv4 (RIPv1 tidak didukung, dan RIPng untuk IPv6 tersedia secara terpisah)[16]. Berikut langkah konfigurasi dasar RIP pada router MikroTik:

  1. Konfigurasi IP Address pada interface: Pastikan setiap router sudah memiliki IP address pada interface-interface yang terhubung. Misal Router R1 memiliki IP 10.10.10.1/30 di ether1 (terhubung ke R2) dan 192.168.1.1/24 di ether2 (LAN), sedangkan R2 punya 10.10.10.2/30 di ether1 dan 192.168.2.1/24 di ether2. Pastikan PC/host di LAN menggunakan gateway IP router yang benar. (Langkah ini prasyarat sebelum routing dinamis).
  2. Tambahkan interface ke RIP: Secara default RouterOS tidak langsung menjalankan RIP di interface manapun, sehingga kita harus menambahkan interface yang akan berbagi routing RIP. Gunakan perintah:
/routing rip interface add interface=ether1 send=v2 receive=v2

Perintah di atas mengaktifkan RIP pada interface ether1, dengan mengatur agar router mengirim dan menerima update RIP versi 2 pada interface tersebut[17]. Lakukan ini untuk setiap interface penghubung antar-router. Misalnya, pada R1 dan R2 tambahkan interface antar mereka (ether1) ke RIP, send/receive versi 2 (RIPv2).

  1. Tambahkan network yang diadvertise: Berikutnya, daftarkan network-network lokal yang akan diumumkan melalui RIP. Gunakan:
/routing rip network add network=10.10.10.0/30
/routing rip network add network=192.168.1.0/24

Pada R1 contoh di atas, kita menambahkan network jaringan antar-router 10.10.0/30 dan network LAN 192.168.1.0/24 ke proses RIP[17]. Begitu pula pada R2, tambahkan 10.10.10.0/30 dan network LAN R2 192.168.2.0/24. Dengan menambahkan network, RouterOS akan mengiklankan prefix tersebut via RIP ke tetangga dan menerima route RIP untuk network tersebut.

  1. Verifikasi routing: Setelah konfigurasi, cek tabel routing pada masing-masing router dengan perintah /ip route print. Route dinamis hasil RIP akan ditandai flag r (rip) di tabel routing[18]. Pastikan router telah belajar route jaringan LAN satu sama lain (contoh: R1 harus melihat route 168.2.0/24 via 10.10.10.2 dengan flag r). Anda juga bisa menguji dengan ping antar-PC di LAN berbeda; seharusnya sudah terhubung setelah RIP aktif.

MikroTik RouterOS juga menyediakan konfigurasi melalui Winbox (GUI): yaitu dengan masuk ke menu Routing -> RIP. Di sana Anda dapat menambahkan interface (pilih interface yang terhubung antar-router, set send/receive v2), lalu tambahkan networks pada tab Networks. Langkah-langkahnya konsepnya sama seperti via CLI di atas. Setelah konfigurasi, Anda bisa melihat tab Routes atau menggunakan perintah terminal untuk memastikan route muncul.

Tips dan Kesalahan Umum RIP

  • Gunakan RIPv2: Pastikan selalu menggunakan RIPv2 untuk jaringan IPv4 modern. RIPv1 sudah ketinggalan (tidak mendukung subnet mask variabel)[6]. Di Cisco, jangan lupa menambahkan version 2. Di MikroTik, RouterOS sudah default ke RIPv2 (RIPv1 tidak tersedia).
  • Jangan lupa no auto-summary (Cisco): Bila jaringan Anda memiliki subnet yang tidak standard classful atau terpisah (discontiguous), aktifkan no auto-summary. Lupa menonaktifkan auto-summarization bisa menyebabkan router mengiklanakan network yang disummarize sehingga beberapa subnet detail tidak diketahui oleh tetangga.
  • Pastikan menambahkan semua network/interface yang diperlukan: Kesalahan umum adalah lupa menambahkan perintah network untuk suatu subnet pada router Cisco, atau lupa menambahkan interface/network di konfigurasi RIP MikroTik. Akibatnya, router tidak akan mengiklankan atau mempelajari route untuk subnet yang terlupa tersebut. Selalu periksa kembali daftar network yang dimasukkan sudah mencakup semua jaringan lokal.
  • Konvergensi lambat: RIP membutuhkan waktu untuk menyebarkan perubahan (tergantung timer, bisa ~30 sampai 180 detik). Untuk lab kecil, bersabarlah beberapa detik setelah konfigurasi agar route tersebar. Hindari topologi dengan loop rumit saat menggunakan RIP, karena meskipun ada mekanisme loop prevention, RIP rentan count to infinity sebelum mendeteksi link down.
  • Keamanan dan efisiensi: Pada Cisco, tandai interface menuju pengguna akhir (misal LAN) sebagai passive-interface agar router tidak mengirim update RIP ke segmen tersebut – ini lebih aman dan mengurangi traffic tidak perlu[14]. Selain itu, jika memungkinkan gunakan autentikasi RIP (RIPv2 supports MD5 authentication) terutama di jaringan yang rawan disusupi, untuk mencegah router tidak dikenal mengirim update palsu.

Open Shortest Path First (OSPF)

Teori Dasar OSPF

Open Shortest Path First (OSPF) adalah protokol routing dinamis link-state yang dirancang untuk jaringan berukuran menengah hingga besar. Berbeda dengan RIP yang hanya mengetahui jarak hop, OSPF membangun pengetahuan menyeluruh tentang topologi jaringan dengan mengandalkan algoritma Shortest Path First (SPF) (implementasi Dijkstra algorithm). Setiap router OSPF saling bertukar informasi status link (Link State Advertisements/LSA) dengan tetangganya, sehingga pada akhirnya semua router dalam area OSPF memiliki peta topologi yang sama. Dengan peta ini, masing-masing router menghitung rute terbaik ke setiap tujuan berdasarkan metrik “cost”, yang umumnya dihitung dari bandwidth (cost = ref_bw / bandwidth, sehingga jalur berbandwidth lebih tinggi mendapat cost lebih kecil). Tidak seperti RIP, OSPF tidak memiliki batas hop; jalur dibatasi oleh cost total, sehingga lebih cocok untuk jaringan luas tanpa limit hop.

OSPF termasuk IGP berjenis standar terbuka (bukan milik vendor tertentu), sehingga dapat digunakan di berbagai perangkat (Cisco, MikroTik, Juniper, dll.)[19]. Ia juga mendukung penuh network classless dan VLSM, serta memiliki mekanisme pembagian beban (load balancing) untuk rute dengan cost equal (equal-cost multipath). Keunggulan lain OSPF adalah dukungan hirarki dengan konsep area. Jaringan OSPF yang besar dapat dibagi menjadi beberapa area untuk mengurangi kompleksitas dan beban pemrosesan. Semua area terhubung ke area backbone (Area 0), sehingga OSPF mampu menskalakan jaringan besar dengan membatasi penyebaran LSAs hanya dalam area terkait[20][21]. OSPF juga memiliki konvergensi yang cepat – ketika terjadi perubahan topologi, algoritma SPF dapat menghitung rute baru dengan cepat dan hanya perubahan (LSA incremental) yang disebarkan, bukan tabel penuh. Ini membuat OSPF lebih efisien dan cepat konvergensinya pada jaringan besar dibanding RIP[22].

Kelebihan OSPF di antaranya: tidak menghasilkan routing loop (berkat perhitungan SPF yang konsisten), mendukung penggunaan berbagai metrik sekaligus (bandwidth, cost dapat disesuaikan), mampu memanfaatkan beberapa jalur ke satu tujuan (load sharing), serta skalabilitas tinggi dengan pembagian area[23]. Waktu konvergensinya umumnya lebih cepat dibanding protokol distance-vector klasik. Kekurangan OSPF terutama pada kebutuhan sumber daya dan kerumitan: OSPF menyimpan beberapa basis data (adjacency, topology, routing) sehingga memori dan CPU yang dibutuhkan lebih besar[24]. Konfigurasi dan desain OSPF relatif lebih rumit, misalnya harus merencanakan area, menetapkan Router ID unik tiap router, dan memahami tipe-tipe LSA. Untuk jaringan kecil yang sederhana, OSPF mungkin dianggap overkill. Namun, untuk jaringan menengah-besar, OSPF adalah pilihan IGP yang sangat populer karena efisiensi dan skalabilitasnya[22].

Kelebihan dan Kekurangan OSPF

  • Kelebihan: Tidak terjadi routing loop karena perhitungan SPF memastikan jalur bebas loop. Konvergensi cepat ketika terjadi perubahan jaringan. Mendukung penuh VLSM/subnetting dan classless routing. Mampu load balancing dengan jalur biaya sama. Skalabilitas tinggi – dapat membagi jaringan besar menjadi area-area sehingga jumlah update dan ukuran database per router bisa dikendalikan[23]. OSPF juga vendor-neutral (standar terbuka) sehingga interoperabilitasnya baik.
  • Kekurangan: Konfigurasi dan manajemen lebih kompleks dibanding protokol seperti RIP[22]. Memerlukan perencanaan (penetapan area, desain hirarki). Konsumsi resource (CPU, memori) lebih besar karena setiap router menyimpan topology database lengkap dan menjalankan algoritma SPF. Pada jaringan sangat besar, LSA flooding bisa membebani jika desain area kurang baik, namun ini diatasi dengan area dan LSA tipe tertentu. Bagi jaringan kecil dengan sedikit router, OSPF mungkin berlebihan dibanding protokol yang lebih sederhana.

Konfigurasi OSPF pada Cisco

Untuk mengonfigurasi OSPF single-area pada router Cisco, ikuti langkah berikut:

  1. Aktifkan proses OSPF: Masuk ke mode konfigurasi global dan ketik router ospf <PID>, di mana <PID> adalah Process ID lokal (bernilai 1-65535, bebas ditentukan, hanya relevan di router itu sendiri). Contoh, gunakan router ospf 1.
  2. Tetapkan Router ID (opsional): OSPF memerlukan identitas unik berupa Router ID (alamat IP 32-bit biasanya ditulis seperti IP). Jika tidak ditentukan manual, Cisco akan memilih Router ID otomatis dari IP address tertinggi yang ada (atau loopback tertinggi jika ada). Untuk konsistensi, disarankan menetapkan manual: gunakan perintah router-id <A.B.C.D> di mode config OSPF. Misal router-id 1.1.1.1 untuk router R1. Pastikan tiap router OSPF punya router-id berbeda. (Catatan: perubahan router-id baru efektif setelah restart proses OSPF).
  3. Aktifkan OSPF pada network interfaces: Gunakan perintah network <alamat_network> <wildcard_mask> area <area_id>. Ini akan mencakup semua interface router yang IP-nya berada di network tersebut ke dalam proses OSPF pada area tertentu. Area 0 biasanya digunakan untuk single-area atau backbone. <wildcard_mask> adalah kebalikan subnet mask (contoh untuk /24 mask 255.255.255.0, wildcard = 0.0.0.255). Contoh, jika R1 terhubung ke R2 via link 10.10.10.0/30 dan memiliki LAN 192.168.1.0/24 di interface lain, maka konfigurasi:
R1(config)# router ospf 1 
R1(config-router)# network 10.10.10.0 0.0.0.3 area 0  
R1(config-router)# network 192.168.1.0 0.0.0.255 area 0

Perintah di atas mengaktifkan OSPF pada interface yang IP-nya berada di 10.10.10.0/30 (link ke R2) dan 192.168.1.0/24 (LAN). Lakukan hal serupa di R2 (dengan network 10.10.10.0/30 dan 192.168.2.0/24 di area 0). Pastikan area_id sama di kedua ujung link (dalam contoh ini, area 0).

  1. Pasifkan interface (opsional): Mirip dengan RIP, pada OSPF Anda juga dapat menandai interface tertentu sebagai passive (dengan passive-interface <if> di config OSPF) jika tidak ingin router mengirim Hello packet OSPF ke segmen tersebut. Umumnya interface menuju LAN end-user dijadikan passive (karena tidak ada router OSPF lain di sana). Interface passive tidak mengirim hello, sehingga tidak akan membentuk adjacency OSPF, tetapi tetap mengiklankan network tersebut ke OSPF (sebagai network stub). Ini meningkatkan keamanan dan mengurangi overhead.
  2. Periksa adjacency: Setelah konfigurasi, gunakan show ip ospf neighbor untuk memastikan router telah membentuk adjacency dengan tetangganya (harus muncul state Full). Neighbor OSPF terbentuk jika kedua router terhubung dalam jaringan yang sama, area yang sama, dan parameter-parameter OSPF (hello/dead interval, stub/NSSA flags, autentikasi jika ada) cocok. Kemudian cek show ip route untuk melihat route dengan kode “O” (OSPF) sudah muncul, menunjukkan pertukaran informasi routing berhasil.

Pada topologi multi-hop yang lebih kompleks, ingat bahwa semua area non-0 harus terkoneksi ke area 0 (backbone). Untuk pemula, disarankan memulai dengan desain single-area (semua dalam area 0) sebelum mencoba multi-area.

Konfigurasi OSPF pada MikroTik

MikroTik RouterOS mendukung OSPF v2 (untuk IPv4) dan OSPF v3 (untuk IPv6). Konfigurasi OSPF di RouterOS versi 6 dan versi 7 agak berbeda, namun konsep dasarnya sama. Berikut panduan umum konfigurasi single-area OSPF (Area 0) pada MikroTik:

  • Atur Router ID (opsional tapi disarankan): Tentukan Router ID unik untuk tiap router. Di RouterOS v6, Router ID di-set di menu OSPF Instance. Di RouterOS v7, Anda perlu menambahkan instance OSPF baru. Contoh perintah v7:
/routing ospf instance add name=ospf1 router-id=1.1.1.1 routing-table=main

Jika tidak diatur, RouterOS akan memilih IP tertinggi yang up sebagai router-id. Sebaiknya atur manual agar konsisten dan stabil (Router ID tidak berubah saat interface down).

  • Buat Area OSPF: Secara default, v6 sudah memiliki area “backbone” (0) di instance default. Pada v7, Anda perlu menambah area. Contoh:
/routing ospf area add name=backbone area-id=0.0.0.0

(Area 0.0.0.0 adalah notasi Area 0). Untuk single-area, backbone saja sudah cukup.

  • Tambahkan Network/Interface ke OSPF: Ini langkah terpenting – memastikan router mengaktifkan OSPF pada interface yang benar. Terdapat dua pendekatan:
  • RouterOS v6 (menu Networks): Langsung tambahkan network yang terhubung ke router dalam area tertentu. Misal:
/routing ospf network add network=192.168.1.0/24 area=backbone
/routing ospf network add network=10.10.10.0/30 area=backbone

Perintah di atas membuat router mengaktifkan OSPF pada interface yang IP-nya termasuk dalam 192.168.1.0/24 dan 10.10.10.0/30 (misalnya ether2 LAN dan ether1 link ke router lain). Catatan: wildcard mask tidak perlu ditulis, cukup prefix/mask CIDR.

  • RouterOS v7 (menu Interface Templates): Pada v7, konsep network statement diganti menjadi interface template. Anda menambahkan entri interface atau network prefix di menu routing ospf interface-template. Contoh:
/routing ospf interface-template add networks=10.10.10.0/30 area=backbone
/routing ospf interface-template add networks=192.168.2.0/24 area=backbone

Ini efeknya serupa dengan menambahkan network pada v6 – router akan mengirim Hello OSPF pada interface yang masuk dalam prefix tersebut. Anda juga bisa spesifik menyebut interface, misal interface=ether1. Jika menggunakan Winbox, masuk ke menu Routing -> OSPF, tambahkan Interfaces (isi network atau pilih interface, dan tentukan area).

  • Konfigurasi tambahan (opsional): Jika ada kebutuhan khusus, misal menjadikan router area tertentu stub atau menambahkan autentikasi OSPF, ini bisa dikonfigurasi melalui parameter instance/area. Untuk pemula, biasanya tidak diperlukan perubahan default. Pastikan timer hello/dead tidak diubah agar konsisten antar-router (default 10/40 detik untuk jaringan broadcast).
  • Verifikasi: Gunakan /routing ospf neighbor print untuk melihat tetangga OSPF dan statusnya. Harus muncul tetangga di link antar-router dengan state Full. Cek juga /ip route print – route OSPF yang berhasil dipelajari akan ditandai dengan flag o (ospf)[18]. Pastikan setiap router belajar route jaringan lainnya. Anda juga dapat memantau di Winbox: Routing -> OSPF -> Routes atau Neighbors untuk memastikan OSPF berfungsi.

Tips dan Kesalahan Umum OSPF

  • Router ID unik: Selalu pastikan setiap router OSPF memiliki Router ID berbeda. Jika dua router memiliki router-id sama, mereka tidak akan bertetangga (OSPF menganggap itu 1 router) dan akan muncul pesan konflik. Tetapkan secara manual jika perlu, khususnya di jaringan tanpa loopback.
  • Area salah atau tidak terhubung: Kesalahan konfigurasi umum adalah menempatkan router dalam area yang berbeda tanpa backbone. Contoh, jika Router A area 0 dan Router B area 1 langsung terhubung tanpa area 0 di antaranya, mereka tidak akan bertetangga. Solusi: pastikan link antar-area melibatkan area 0, atau gunakan virtual-link (advanced). Untuk pemula, sebaiknya semua router dalam satu area dulu.
  • Wildcard mask pada Cisco: Perhatikan penulisan wildcard mask dengan benar. Misalnya network 10.1.1.0/24 harus ditulis 1.1.0 0.0.0.255. Kesalahan mask menyebabkan interface tidak masuk OSPF.
  • Network statement vs interface: Pada Cisco IOS modern, selain perintah network, OSPF bisa diaktifkan langsung di interface dengan ip ospf <pid> area <area>. Namun, jangan campur dua metode ini secara rancu. Gunakan salah satu yang konsisten agar tidak bingung.
  • Hello/Dead interval mismatch: Pastikan timer hello dan dead OSPF konsisten di kedua sisi link. Jika Anda mengubah interval OSPF di satu router (misal untuk link lambat), ubah pula di tetangganya. Jika mismatch, adjacency tidak terbentuk.
  • Passive interface: Gunakan passive-interface untuk segment yang tidak ada router lain (seperti LAN), agar tidak mengirim Hello terus-menerus. Ini meningkatkan keamanan (tidak mudah terdeteksi protokolnya) dan mengurangi sedikit overhead.
  • MikroTik versi 7 vs 6: Ketahui versi RouterOS Anda. Pada v7, banyak perubahan di menu routing. Jika Anda mencoba mengikuti tutorial OSPF v6 (dengan perintah /routing ospf network), itu tidak akan bekerja di v7 karena sintaks berubah. Sesuaikan dengan dokumentasi versi terkait. (Mulai RouterOS 7.1, tidak ada instance/area default, sehingga wajib menambah instance & area terlebih dahulu[25][26]).
  • Topologi dan area design: Untuk jaringan besar, usahakan desain area se-ringan mungkin. Terlalu banyak router dalam satu area bisa memperlambat SPF. Sebaliknya, terlalu banyak area kecil pun rumit. Mulailah dengan area backbone dan area-area per lokasi/fungsi jika diperlukan, serta manfaatkan kemampuan agregasi route antar-area bila mungkin.

Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)

Teori Dasar EIGRP

Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) adalah protokol routing dinamis canggih yang dikembangkan oleh Cisco. EIGRP sering disebut protokol hybrid karena menggabungkan kelebihan algoritma distance-vector dan link-state. Secara teknis, EIGRP adalah algoritma advanced distance-vector dengan nama DUAL (Diffusing Update Algorithm) untuk menghitung rute terpendek. Berbeda dari RIP yang hanya mempertimbangkan hop, metrik EIGRP adalah kombinasi dari beberapa parameter jaringan: secara default menggunakan bandwidth dan delay terakumulasi, dan bisa dikonfigurasi memperhitungkan reliabilitas serta load (melalui K-values). Ini membuat EIGRP lebih cerdas dalam pemilihan rute – misal, jalur dengan bandwidth lebih tinggi akan dipilih meskipun hop-nya lebih banyak, jika metrik total lebih rendah.

EIGRP mempertahankan beberapa tabel: neighbor table (daftar tetangga EIGRP terhubung), topology table (semua rute yang diketahui beserta metric dan feasible distance), dan routing table (rute terbaik yang diinstall). Dengan DUAL, EIGRP dapat menemukan rute cadangan (feasible successor) yang siap digunakan saat rute utama gagal, sehingga konvergensi EIGRP sangat cepat (hampir seketika dalam banyak kasus) tanpa loop routing. EIGRP mengirim update partial (hanya perubahan) dan triggered updates mirip link-state, serta menggunakan multicast address 224.0.0.10 untuk berkomunikasi antar tetangga. Protokol transport yang digunakan EIGRP disebut RTP (Reliable Transport Protocol) – menjamin pengiriman update ke tetangga (lebih andal dibanding RIP yang berbasis UDP).

Kelebihan utama EIGRP: sangat cepat beradaptasi saat terjadi perubahan jaringan (berkat DUAL), overhead relatif rendah karena update tidak broadcast penuh melainkan separuh (partial & bounded). EIGRP juga mendukung load balancing dengan jalur metrik tak sama (unequal-cost load balancing) melalui fitur variance, yang tidak dimiliki OSPF[27]. Secara konfigurasi, EIGRP cukup mudah (mirip RIP dalam hal network statement) namun memberikan performa mendekati OSPF. Kekurangan EIGRP terutama adalah aspek kepemilikan vendor: selama bertahun-tahun EIGRP bersifat proprietary Cisco, artinya hanya bisa berjalan pada router Cisco[28]. (Cisco telah mempublikasikan EIGRP sebagai RFC terbatas tahun 2013, namun implementasi di vendor lain sangat jarang. MikroTik RouterOS tidak mendukung EIGRP hingga saat ini[29]). Keterbatasan lain, EIGRP, meskipun efisien, tetap membutuhkan perencanaan jika digunakan di jaringan sangat besar – misalnya membagi EIGRP domain menggunakan fitur route summarization manual atau gateway EIGRP-OSPF di jaringan multi-vendor.

Singkatnya, EIGRP sangat cocok untuk jaringan internal skala menengah hingga besar dalam lingkungan perangkat Cisco. Ia menawarkan kinerja dan fleksibilitas (unequal load balancing, rapid convergence) lebih baik dari RIP dan lebih sederhana daripada OSPF, namun penggunaannya terbatas pada perangkat yang mendukung EIGRP (umumnya hanya Cisco)[30].

Kelebihan dan Kekurangan EIGRP

  • Kelebihan: Konvergensi sangat cepat berkat algoritma DUAL yang dapat menggunakan rute cadangan tanpa menunggu perhitungan ulang penuh[27]. Metrik yang cerdas – mempertimbangkan bandwidth dan delay, membuat pemilihan rute lebih optimal daripada sekedar hop count. Mendukung unequal-cost load balancing (dapat memanfaatkan multiple link dengan kapasitas berbeda secara efektif). Overhead efisien (hanya mengirim update saat terjadi perubahan, dan hanya ke router yang membutuhkan). Relatif mudah dikonfigurasi (mirip RIP) namun kinerja mendekati link-state. Juga mendukung VLSM dan discontiguous network (secara default auto-summary aktif tapi bisa dimatikan).
  • Kekurangan: Hanya kompatibel di perangkat Cisco (protokol eksklusif)[31], sehingga dalam lingkungan multi-vendor, EIGRP tidak bisa digunakan untuk pertukaran route langsung. Hal ini membatasi penggunaan EIGRP kecuali seluruh jaringan menggunakan Cisco. Selain itu, pemahaman detail EIGRP (seperti konsep feasible distance, feasible successor, K-values) bisa jadi kompleks, meskipun hal ini jarang perlu diubah oleh pemula. Untuk jaringan sangat besar, desain EIGRP (seperti batas maksimum hop EIGRP default 100, yang bisa dinaikkan hingga 255) perlu dipertimbangkan, meskipun jarang menjadi kendala praktis.

Konfigurasi EIGRP pada Cisco

Pada router Cisco, EIGRP dikonfigurasi mirip dengan RIP namun dengan beberapa perbedaan penting. Berikut langkah dasar konfigurasi EIGRP:

  1. Aktifkan proses EIGRP: Masuk ke global config, lalu perintahkan router eigrp <ASN>. Angka <ASN> di sini mewakili Autonomous System Number untuk domain EIGRP internal (1 hingga 65535 pada EIGRP klasik). Penting: Router-router yang ingin bertetangga EIGRP harus menggunakan ASN yang sama. Misal, kita gunakan AS 100 untuk semua router dalam satu jaringan EIGRP.
  2. (Opsional) Atur nama mode EIGRP: (Catatan: Cisco IOS modern mendukung named EIGRP mode, namun untuk pemula disarankan pakai mode klasik di mana cukup router eigrp ASN. Mode named memungkinkan IPv6 dan kontrol granular, tetapi di sini fokus IPv4 dasar).
  3. Tentukan network-network lokal: Gunakan perintah network [alamat_network] [wildcard_mask]. Berbeda dengan RIP, di EIGRP sebaiknya langsung cantumkan wildcard mask agar hanya jaringan yang dimaksud diikutkan (kalau tidak, IOS klasik akan menganggap classful). Contoh, jika router memiliki 192.168.1.0/24 dan 10.10.10.0/30, konfigurasikan:
R1(config)# router eigrp 100
R1(config-router)# network 192.168.1.0 0.0.0.255
R1(config-router)# network 10.10.10.0 0.0.0.3

Ini memberitahu router untuk menjalankan EIGRP pada interface yang IP-nya termasuk kedua network tersebut, dan mengiklankan network itu ke tetangga EIGRP. Ulangi di router tetangga dengan ASN sama dan daftar network sesuai.

  1. Nonaktifkan auto-summary (jika perlu): EIGRP secara default akan melakukan auto-summarization di boundary network classful (mirip RIP). Jika jaringan Anda menggunakan subnet yang tidak classful atau discontiguous, lakukan no auto-summary dalam konfigurasi EIGRP. Ini memastikan EIGRP mengiklankan prefix sebenarnya tanpa membulatkannya ke kelas A/B/C di boundary[13]. Pada IOS terbaru, auto-summary biasanya sudah default off, tapi cek kembali dengan perintah show ip protocols.
  2. Passive-interface (opsional): Anda dapat menerapkan passive-interface pada interface yang tidak ada tetangga EIGRP-nya (misal jaringan LAN), supaya tidak mengirim paket Hello EIGRP ke segmen itu. EIGRP menggunakan multicast 224.0.0.10 untuk Hello, jadi mem-passive interface ke user tidak akan mengganggu pertukaran routing.

Setelah konfigurasi, cek tetangga dengan show ip eigrp neighbors. Anda seharusnya melihat list router tetangga EIGRP (dengan IP dan interface). Pastikan juga dengan show ip route – route EIGRP ditandai “D” (hasil dari Diffusing Update Algorithm). Jika tetangga tidak muncul, kemungkinan ASN tidak sama atau network statement belum benar.

Contoh: Misalkan R1 terhubung ke R2 (link 10.10.10.0/30) dan masing-masing punya LAN 192.168.1.0/24 (R1) dan 192.168.2.0/24 (R2). Keduanya akan dikonfigurasi router eigrp 100. Pada R1: network 10.10.10.0 0.0.0.3 dan network 192.168.1.0 0.0.0.255. Pada R2: network 10.10.10.0 0.0.0.3 dan network 192.168.2.0 0.0.0.255. Tambahkan no auto-summary jika perlu. Setelah itu, R1 dan R2 harus saling menjadi tetangga EIGRP (terlihat dengan show ip eigrp neighbors di keduanya) dan saling belajar route LAN (terlihat dengan show ip route ada entri D 192.168.2.0 di R1 dan D 192.168.1.0 di R2).

Konfigurasi EIGRP pada MikroTik

Saat ini, MikroTik RouterOS tidak mendukung EIGRP secara native[29]. EIGRP adalah protokol proprietary Cisco dan meskipun statusnya sudah dibuka secara terbatas, RouterOS belum menyediakan implementasi EIGRP. Dengan demikian, tidak ada konfigurasi EIGRP yang bisa dilakukan di router MikroTik langsung.

Bagi jaringan yang mencakup perangkat Cisco dan MikroTik, hal ini berarti Anda tidak bisa langsung membentuk tetangga EIGRP di antara keduanya. Solusi bila Anda harus mengintegrasikan routing di lingkungan campuran adalah menggunakan protokol lain yang didukung kedua belah pihak, misalnya OSPF atau BGP untuk pertukaran route antara Cisco dan MikroTik. Alternatif lain (lebih kompleks) adalah menjalankan routing daemon pihak ketiga (seperti FRRouting) di MikroTik via container/CHR yang mendukung EIGRP, tapi ini di luar cakupan pembahasan dasar.

Intinya, jika lingkungan Anda tidak 100% Cisco, sebaiknya hindari EIGRP dan gunakan OSPF sebagai IGP umum. Namun, jika semua router Anda adalah Cisco, EIGRP bisa menjadi pilihan unggul untuk kemudahan dan kecepatan.

Tips dan Kesalahan Umum EIGRP

  • ASN harus sama: Pastikan angka AS (Autonomous System) yang Anda konfigurasi di router eigrp <ASN> konsisten di seluruh router dalam satu domain routing. Jika satu saja beda, router-router tersebut tidak akan bertetangga. Ini salah satu kesalahan paling umum.
  • Network statement tidak mencakup interface: Periksa bahwa setiap interface antar-router sudah tercakup oleh perintah network. Jika lupa, tetangga di link itu tidak akan terbentuk. Misal, lupa menambahkan network untuk link /30 antar-router akan menyebabkan kedua router tidak saling “lihat”. Gunakan show ip eigrp interface untuk melihat interface mana saja yang aktif EIGRP.
  • Cek K-values (advanced): EIGRP memiliki 5 K-values untuk metrik (K1 bandwidth, K2 load, K3 delay, K4 reliability, K5 MTU). Secara default, K1=K3=1 dan sisanya 0 (hanya bandwidth & delay dipakai). Jangan mengubah K-values kecuali paham, karena seluruh router tetangga harus memiliki K-values identik atau mereka tidak akan bertetangga. Cisco biasanya sudah memberi peringatan jika ada mismatch. Biasanya, biarkan default.
  • Auto-summary: Apabila ada jaringan yang terpisah classful-nya, misal Anda punya 192.168.1.0/24 dan 192.168.2.0/24 di EIGRP tapi terhubung lewat network kelas berbeda, auto-summary bisa membuat iklan route menjadi 192.168.0.0/16 yang salah. Biasakan menonaktifkan auto-summary kecuali Anda tahu jaringannya memang butuh summarization classful.
  • Interoperability: Ingat bahwa EIGRP tidak bisa langsung berbicara dengan router non-Cisco. Jangan mencoba mencari menu EIGRP di Winbox MikroTik – memang tidak ada. Jika Anda harus menghubungkan domain EIGRP Cisco ke jaringan MikroTik, lakukan redistribusi melalui router perantara (misal router Cisco menjalankan EIGRP sekaligus OSPF lalu redistribusi antar-protokol tersebut). Ini kompleks dan rawan kesalahan, jadi lagi-lagi, untuk pemula lebih baik konsisten pakai satu protokol IGP (OSPF) di semua perangkat berbeda merk.

Border Gateway Protocol (BGP)

Teori Dasar BGP

Border Gateway Protocol (BGP) adalah protokol routing dinamis yang digunakan untuk pertukaran informasi routing antar sistem otonom (AS) yang berbeda. BGP merupakan tulang punggung dari Internet – semua ISP dan penyedia layanan Internet menggunakan BGP untuk saling bertukar informasi rute internet global. BGP digolongkan sebagai EGP (Exterior Gateway Protocol) karena beroperasi di eksternal (antar jaringan administrasi terpisah), berbeda dengan RIP/OSPF/EIGRP yang dipakai di dalam jaringan internal (IGP)[2].

BGP sering disebut protokol path-vector. Mirip distance-vector namun BGP mengirimkan informasi jalur lengkap yang harus ditempuh, berupa deretan nomor AS (AS-PATH), untuk mencapai suatu prefix. Dengan demikian, BGP dapat mencegah loop antar-AS (jika router melihat nomornya sendiri dalam AS-PATH yang diterima, ia menolak route tersebut). Metrik utama BGP adalah polisi routing kustom – artinya keputusan rute “terbaik” tidak hanya berdasar satu metrik seperti hop atau cost, tetapi berdasarkan berbagai atribut BGP: misalnya Local Preference, AS Path length, Origin, MED, Community, dll. Administrator dapat mengatur kebijakan (policy routing) di BGP, seperti mempengaruhi pemilihan jalur keluar/masuk dengan mengubah atribut tersebut.

BGP beroperasi secara reliable di atas TCP (port 179) untuk membentuk sesi antar tetangga (BGP peer)[32]. Dua router BGP akan membentuk koneksi TCP dan melalui itu saling menukar pesan OPEN, UPDATE, KEEPALIVE, dan NOTIFICATION. Ketika koneksi awal terbentuk, BGP saling tukar seluruh isi tabel routing BGP-nya (full routing update). Setelah sinkron, selanjutnya hanya perubahan (incremental updates) yang dikirim[33][34]. BGP tidak melakukan flooding periodik seperti OSPF atau RIP; ia hanya mengirim KEEPALIVE tiap interval (default 60 detik) untuk memastikan sesi hidup. Jika tidak ada KEEPALIVE dalam hold-time (default 180 detik), maka peer dianggap down. Konvergensi BGP cenderung lebih lambat dibanding IGP, karena melibatkan sangat banyak route (internet global bisa ratusan ribu prefix) dan sifatnya yang konservatif untuk stabilitas.

Keunggulan BGP adalah skalabilitas dan kontrol yang luar biasa untuk routing global. BGP adalah satu-satunya protokol yang mampu menangani ukuran Internet, dengan jutaan route, berkat desain path-vector dan kemampuannya memfilter/memilih route[35]. BGP memungkinkan kebijakan routing – misal menentukan jalur mana yang lebih disukai (melalui provider A atau B), memblokir prefix tertentu, melakukan traffic engineering, dll. Untuk organisasi besar atau ISP, BGP sangat kuat dalam manajemen route antar-organisasi[36]. Kelemahan BGP, protokol ini kompleks dan tidak disarankan untuk jaringan kecil. Konfigurasi dan troubleshooting BGP memerlukan pemahaman mendalam tentang ASN, prefix, dan atribut routing. Selain itu, BGP membutuhkan sumber daya memori dan CPU yang besar jika mengelola banyak route (misal full route internet). BGP juga hanya efektif jika setiap jaringan (AS) memiliki perencanaan alamat IP publik sendiri dan nomor AS sendiri (harus didaftarkan ke otoritas Internet). Singkatnya: jangan gunakan BGP kecuali memang diperlukan – biasanya hanya perlu jika Anda adalah ISP atau organisasi dengan multi-homing ke Internet.

Untuk konteks internal (dalam satu AS), BGP juga bisa digunakan (iBGP), contohnya ISP besar menjalankan iBGP antar router backbone mereka untuk menyebarkan route eksternal ke seluruh jaringan. iBGP memiliki aturan bahwa semua router iBGP dalam AS harus saling terhubung penuh (full mesh) atau menggunakan mekanisme route reflector, karena iBGP tidak membanjiri route seperti IGP (tidak boleh meneruskan prefix iBGP ke iBGP lain tanpa kontrol). Ini lagi-lagi area lanjutan. Intinya, BGP dirancang untuk inter-AS routing dan skenario khusus, bukan untuk menggantikan OSPF/RIP di dalam LAN kecil[37].

Kelebihan dan Kekurangan BGP

  • Kelebihan: Sangat skalabel – satu-satunya protokol yang dapat menghandle jutaan route internet[35]. Memberi kontrol penuh ke administrator untuk menentukan kebijakan routing (dapat memilih jalur berdasarkan preferensi, bukan sekadar metrik otomatis). Stabil dan robust untuk jaringan besar; BGP mendukung mekanisme seperti route reflectors, confederations untuk skala besar. Menjadi standar de-facto routing antar ISP di Internet – sehingga wajib dipahami jika berkarir di bidang ISP/provider.
  • Kekurangan: Kompleksitas tinggi – konfigurasi dan administrasi BGP jauh lebih rumit daripada IGP manapun[38]. Butuh pemahaman mengenai ASN, prefix internet, serta monitoring yang ketat untuk menghindari kesalahan (misconfigurasi BGP dapat berdampak luas, contoh terkenal route leak yang membuat internet suatu kawasan terganggu). BGP juga boros sumber daya bila memegang banyak route (memori besar, CPU untuk menghitung keputusan best path di ribuan prefix). Konvergensi lebih lambat, sehingga bukan pilihan untuk failover super cepat (BGP bisa butuh puluhan detik mendeteksi putus, meski ada tunables seperti BFD). Tidak cocok untuk jaringan kecil – BGP tidak akan digunakan di jaringan kampus kecil atau kantor kecil kecuali ada kebutuhan khusus (misal koneksi ke 2 ISP)[38].

Konfigurasi BGP pada Cisco

Mengonfigurasi BGP di Cisco berbeda dengan IGP. Kita perlu menetapkan nomor AS router kita, lalu tetapkan tetangga secara manual (BGP tidak auto-discovery). Contoh berikut untuk skenario eBGP sederhana: Router R1 (AS 65001) terhubung langsung dengan Router R2 (AS 65002). Masing-masing ingin mengiklankan jaringan LAN lokal mereka melalui BGP. Langkah konfigurasi:

  1. Masuk ke konfigurasi BGP dan tentukan ASN:
    Pada R1: router bgp 65001
    Pada R2: router bgp 65002
    Ini mengaktifkan proses BGP dan menetapkan AS number lokal. Pastikan menggunakan AS yang benar untuk masing-masing (sesuai desain, jika lab bisa pakai AS private 64512-65534).
  2. Tetapkan neighbor (peer) BGP: Kita harus secara eksplisit menambahkan setiap tetangga BGP. Misal pada R1, tetangganya adalah R2 dengan IP 10.10.10.2 (di link tersambung) dan AS 65002, maka:
    R1(config-router)# neighbor 10.10.10.2 remote-as 65002
    Sebaliknya di R2:
    R2(config-router)# neighbor 10.10.10.1 remote-as 65001
    Setelah perintah ini, R1 dan R2 akan mencoba membentuk koneksi BGP (TCP port 179). Mereka akan saling mengirim pesan OPEN dan jika sukses, status tetangga (bisa dilihat dengan show ip bgp summary) akan menjadi Established.
  3. Iklankan network (prefix) yang diinginkan: BGP tidak otomatis memasukkan network connected ke dalam proses (beda dengan RIP/OSPF/EIGRP). Ada dua cara utama:
  4. Gunakan perintah network <prefix> mask <subnetmask> untuk setiap prefix yang ingin diiklankan yang sudah ada di routing table router tersebut. Misal di R1 ada LAN 192.168.1.0/24, pastikan R1 punya route ke 192.168.1.0/24 (tentu ada, karena IP LAN-nya sendiri), lalu:
    R1(config-router)# network 192.168.1.0 mask 255.255.255.0
    Di R2 misal LAN 192.168.2.0/24:
    R2(config-router)# network 192.168.2.0 mask 255.255.255.0
    Ini memberitahu BGP untuk mengiklankan prefix tersebut ke tetangga (dengan catatan prefix itu ada di tabel routing lokal).
  5. Atau, gunakan redistribute (misal redistribute connected atau redistribute static) untuk otomatis mengiklankan route dari sumber tertentu. Cara ini cepat, tapi kurang terkontrol karena semua route terhubung akan diiklankan; biasanya dipakai dengan route-map filter. Untuk pemula, metode network … mask … lebih jelas.
  6. Parameter lain (opsional): eBGP secara default menganggap tetangga harus directly connected (TTL=1). Dalam contoh di atas, mereka memang terhubung langsung. Jika tetangga eBGP lewat beberapa hop (tidak umum kecuali scenario khusus), perlu neighbor x.x.x.x ebgp-multihop <ttl> dan biasanya pengaturan update-source. Juga, untuk iBGP (tetangga dalam AS sama), konfigurasi neighbor … remote-as <sama dengan local AS> dan biasanya menggunakan loopback sebagai source (dengan update-source lo0). Namun detail ini di luar ruang lingkup pemula kecuali diperlukan.
  7. Verifikasi: Gunakan show ip bgp summary untuk melihat status sesi BGP. Kolom State/PfxRcd seharusnya menunjukkan Established dan jumlah prefix yang diterima. Bisa juga show ip bgp untuk melihat tabel BGP (prefix yang diketahui beserta atribut). Dalam contoh R1-R2, masing-masing harus menerima prefix LAN tetangga via BGP. Cek pula show ip route – route BGP yang masuk akan ditandai dengan “B”. Pastikan traffic antar LAN dapat lewat (ping dari PC di LAN R1 ke PC di LAN R2). Jika belum, kemungkinan masalahnya BGP session belum established (periksa konfigurasi neighbor IP dan AS) atau network belum diiklankan (pastikan perintah network sudah benar dan prefix ada di routing table, atau coba redistribute).

Catatan: Dalam konfigurasi BGP nyata, biasanya ditambahkan juga neighbor <ip> description …, mengatur timmer hold/keepalive jika perlu, dan sangat disarankan menambahkan filter route (misal menggunakan prefix-list atau route-map) untuk mencegah mengiklankan/menerima prefix yang tidak semestinya. Namun, untuk dasar dan lab, hal tersebut bisa dilewatkan. Juga, BGP dapat digunakan di MikroTik maupun Cisco untuk berbagi route; BGP merupakan protokol lintas-vendor.

Konfigurasi BGP pada MikroTik

Pada router MikroTik, BGP dikonfigurasi melalui menu Routing -> BGP. Konsepnya serupa dengan Cisco: tetapkan AS number lokal, tambahkan peer (neighbor) dengan AS tujuan, dan tentukan network atau kebijakan iklan route. Berikut langkah dasar konfigurasi BGP (RouterOS v7):

  1. Mengaktifkan dan menentukan Instance (AS): Buka menu Routing -> BGP -> Instances. Secara default ada instance default. Anda bisa edit yang ada atau menambah baru. Isi AS dengan nomor AS lokal router Anda, dan Router ID (bisa isi manual semisal 1.1.1.1 atau biarkan otomatis memilih IP tertinggi). Untuk contoh, misal router MikroTik kita adalah AS 65001 (seperti R1 sebelumnya). Centang juga opsi Redistribute Connected jika Anda ingin otomatis mengiklankan network yang terhubung langsung nantinya[39]. (Dalam lab, ini cara praktis agar semua connected routes diiklankan tanpa menulis satu per satu). Setelah itu Apply.
  2. Menambahkan Peer (Tetangga BGP): Buka tab Peers, klik add. Isi Name (nama alias tetangga, bebas), Remote Address dengan IP router tetangga (misal 10.10.10.2 untuk terhubung ke router R2), Remote AS dengan AS tetangga (misal 65002)[40]. Pilih Instance yang tadi disetel (jika hanya default, sudah otomatis). Sisanya bisa default. Jika menggunakan interface loopback atau multi-hop, ada pengaturan TTL (MikroTik by default TTL=1 untuk eBGP, seperti Cisco). Dalam contoh ini, cukup satu peer ke 10.10.10.2 AS 65002. Klik OK. Lakukan hal serupa di router tetangga (misal router R2 berbasis MikroTik atau Cisco – intinya kedua sisi harus mengkonfigurasi peer satu sama lain).
  3. Mengiklankan Jaringan: Jika Anda mencentang Redistribute Connected pada instance, maka secara otomatis semua jaringan connected (dan aktif) di router akan diumumkan ke peer BGP[39]. Jika ingin lebih selektif atau mengiklankan route non-connected (misal route static), gunakan tab Networks: add network dengan prefix yang ingin diiklankan. Misal tambahkan 168.1.0/24. Pastikan prefix tersebut ada di routing table (misal sebagai connected atau static) agar benar-benar diiklankan.
  4. Verifikasi: Setelah konfigurasi, kembali ke tab Peers. Periksa kolom State pada entry peer kita – seharusnya tertulis “Established” bila sesi BGP sudah aktif[41]. Jika masih “Idle” atau “Active”, berarti belum terhubung (periksa IP dan AS di kedua sisi, serta konektivitas jaringan). Anda juga bisa cek via terminal: perintah /routing bgp connection print (di ROS v7) atau /routing bgp peer print (di ROS v6) untuk melihat status peer. Setelah Established, cek tabel routing /ip route print. Route BGP yang diterima akan berflag b (bgp) pada RouterOS[18]. Misal di router R1 (AS65001) harus muncul route 168.2.0/24 via 10.10.10.2 flag b, dan di router R2 muncul route 192.168.1.0/24 via 10.10.10.1 b. Cobalah uji ping antar LAN. Jika berhasil, BGP sudah bekerja.

MikroTik juga mendukung banyak opsi lanjutan BGP: misalnya Routing Filters untuk memfilter atau mengatur atribut routes yang diiklankan/diterima. Untuk pemula, jika hanya di lab lokal, mungkin filter tidak diperlukan. Namun dalam praktik nyata (misal terhubung ke ISP), wajib menambahkan filter agar hanya prefix yang diizinkan yang diiklankan dan diterima (menjaga keamanan dan menghindari kesalahan routing).

Tips dan Kesalahan Umum BGP

  • Koneksi tetangga tidak terbentuk: Jika status BGP peer tetap Idle atau Connect, cek hal-hal berikut: alamat IP tujuan harus bisa dicapai (pastikan ada route atau langsung connected). Cek nomor AS di kedua sisi (sering tertukar). Jika melalui Mikrotik dan Cisco, bisa beda default TTL behavior – Cisco eBGP TTL=1, MikroTik eBGP TTL=1; jika tidak direct connect (misal lewat 1 hop), perlu atur ebgp-multihop di Cisco dan ttl di Mikrotik. Pastikan juga tidak ada firewall yang menghalangi TCP port 179.
  • Network tidak diiklankan: Pada Cisco, perintah network BGP hanya akan mengiklankan prefix jika prefix itu persis ada di routing table. Misal, network 192.168.1.0 mask 255.255.255.0 diaktifkan hanya jika router punya route 192.168.1.0/24 (connected atau static). Jika tidak muncul di tetangga, mungkin route-nya belum ada (atau salah mask). Pada MikroTik, jika tidak centang redistribute, pastikan menambahkan network di tab Networks.
  • Full vs Partial Routes: Jika terhubung ke ISP, Anda bisa memilih terima full route (semua prefix internet) atau cukup default route. Hati-hati meminta full route – ini ratusan ribu prefix, butuh router spec tinggi. Untuk pemula, biasanya cukup terima default or partial. Atur dengan filter atau minta ISP kirim default saja.
  • Jangan lupa Routing Filter: Dalam skenario lab sederhana mungkin tidak terasa, tapi di real-world, selalu batasi prefix yang Anda iklankan. Misal, hanya iklankan prefix milik Anda, dan drop prefix privat/rfc1918 agar tidak bocor ke internet. Demikian pula terima hanya prefix yang masuk akal (atau gunakan max-prefix limit). Banyak insiden internet terjadi karena kesalahan konfigurasi BGP tanpa filter.
  • iBGP dan Transit: Jika menjalankan iBGP (AS sama di banyak router internal), ingat bahwa iBGP harus full mesh atau pakai route reflector – ini di luar pembahasan detail, tapi penting diketahui. Juga, default BGP tidak mengiklankan prefix yang dipelajari dari satu peer eBGP ke peer eBGP lain (kecuali router itu menjadi transit AS). Aturan no-transit ini untuk mencegah loop; jika memang router Anda harus meneruskan route antar eBGP (Anda jadi transit), pastikan parameter next-hop dan lain-lain ditangani.
  • Monitoring: Gunakan show ip bgp (Cisco) atau /routing bgp route print (MikroTik) untuk melihat detail route BGP. Perhatikan atribut AS-PATH dari route yang diterima – ini menunjukkan melalui AS mana saja route itu lewat. Ini bisa membantu troubleshooting pemilihan jalur.
  • Stabilitas vs Konvergensi: BGP cenderung memilih stabilitas, sehingga hold-time default 180 detik terbilang lama. Anda bisa mempercepat deteksi putus dengan mengurangi hold-time/keepalive, atau memakai BFD (Bidirectional Forwarding Detection) antara peers. Namun, jangan terlalu agresif di lingkungan tidak stabil, nanti malah flapping.
  • Practice in Lab: BGP konsepnya berat, jadi berlatihlah di lab kecil dulu (seperti contoh 2 router di atas, atau dengan 3 router dimana 2 ISP dan 1 customer AS). Pahami bagaimana route dipilih (misal prefix yang sama dari 2 peer, lihat AS-PATH mana yang lebih pendek, Local Pref default 100, dll).

Kesimpulan

Memahami protokol routing dinamis RIP, OSPF, EIGRP, dan BGP beserta cara konfigurasinya merupakan langkah penting bagi network engineer pemula. RIP menawarkan kesederhanaan untuk jaringan kecil, OSPF memberikan efisiensi dan skalabilitas untuk jaringan perusahaan besar, EIGRP (jika menggunakan perangkat Cisco) menggabungkan kecepatan konvergensi dan kemudahan konfigurasi untuk jaringan menengah, dan BGP menjadi andalan untuk interkoneksi antar jaringan besar (misal antar-ISP di Internet)[36]. Setiap protokol memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga pemilihan protokol harus disesuaikan dengan skenario: ukuran jaringan, heterogenitas perangkat, dan kebutuhan pengaturan routing.

Dari sisi praktik, telah dijelaskan contoh konfigurasi dasar di perangkat Cisco dan MikroTik. Penting untuk selalu mengikuti langkah konfigurasi dengan teliti, karena kesalahan kecil (salah nomor AS, keliru wildcard mask, lupa menambahkan network, dll.) bisa membuat routing tidak berfungsi. Gunakan perintah verifikasi (show/print) untuk memastikan tabel routing dan status tetangga sesuai harapan.

Sebagai penutup, selalu ingat prinsip desain jaringan: mulai dari yang sederhana. Terapkan protokol routing yang paling sesuai kebutuhan, dan hindari kompleksitas berlebih. Latihan di lab (misal menggunakan Cisco Packet Tracer, GNS3/EVE-NG, atau simulator RouterOS) sangat membantu meningkatkan pemahaman. Dengan pemahaman teori yang kuat dan pengalaman konfigurasi langsung, pemula akan lebih percaya diri mengelola routing di jaringan nyata. Selamat belajar dan bereksperimen dengan protokol-protokol routing ini! [42][43]

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *